"Ayo batalkan pernikahan kita."Mata Jisoo terbuka lebar, wanita itu menatap calon istrinya dengan tatapan tak percaya, "a-apa maksudmu, Rosie? Kau ingin membatalkan pernikahan kita, w-wae? Wae, Rosie?!"
wanita bernama Roseanne Manoban itu menghela nafas. Malam ini, malam sebelum hari pernikahannya berlangsung, dia malah meminta calon pasangan seumur hidupnya untuk mengakhiri ini.
Satu hari melihat kakaknya yang amat sangat tersiksa karena kucing membuatnya menjadi enggan dan ragu-ragu untuk melangsungkan pernikahan, tidak mungkin, kan? Ketika dirinya harus berbahagia sementara kakaknya sedang dalam keadaan sakit.
Jisoo yang tentu saja tak terima itu mendekat, memegang kedua pundak wanita dihadapannya.
"Apa ini karena Lisa? Apa Lisa alasannya? Kenapa, Rosie? Tidak bisakah kita sedikit egois untuk kebahagiaan kita? Aku mohon.. aku tidak bisa lagi jika harus me---
Satu tamparan keras mendarat di pipi Jisoo, membuatnya tak bisa melanjutkan perkataannya. Jisoo lantas menatap Rosie dengan satu tangannya memegang pipi.
"Bisa-bisanya kau mengatakan itu, Kim Jisoo! Kau pikir aku akan bahagia melihat kakakku seperti itu? Kita? Apa benar kebahagiaan itu untuk kita? Itu hanya untukmu, Jisoo. Hanya untukmu! Bukan aku!"
Mata Rosie memerah karena amarahnya, ia membentak Jisoo.
"Kebahagiaan Lisa lebih utama bagiku dan aku yakin kau juga tahu soal itu. Melanjutkan ini hanya akan membuatnya semakin terluka, kita akan menikah, tetapi tidak sekarang, aku tidak bisa jika harus sekarang."
Jisoo menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat, tetap tak bisa menerimanya.
"Rosie, aku mengerti dengan perasaan mu itu. Tapi kita harus tetap melanjutkannya, Lisa juga pasti menginginkan itu" ucapnya, memohon.
Rosie memalingkan wajah, "kau pikir ini salah siapa, Jisoo? Seharusnya kita bisa membantu Jennie dan mencari tahu tentangnya sejak awal, jika saja.... Jika saja kita melakukannya mungkin hal ini tak akan pernah terjadi."
"Tidak ada yang bisa disalahkan, Rosie. Itu tak akan mengubah fakta bahwa Jennie memanglah hewan."
Mata Rosie membelalak, menatap Jisoo dengan marah.
"Brengsek! Berani sekali kau mengatakan itu, sialan! Kau---
"Wae?! Kau marah karena aku benar, bukan begitu? Sejak awal Jennie memanglah seekor kucing, dia hewan, Rosie, bukan manusia. Kakakmu, dia seharusnya lebih pintar lagi. Bagaimana bisa dia jatuh cinta dengan hewan??!"
Lagi. Satu tamparan yang tak kalah keras kembali mendarat di pipi Jisoo.
"Kau brengsek, Jisoo. Kau mengatakan itu seolah-olah kakakku adalah wanita gila, wanita bodoh. Kau pikir ada manusia yang bisa menolak datangnya cinta, huh?! Sial! Aku membencimu, sialan!" Teriak Rosie, memberikan tatapan tajam sebelum akhirnya memilih untuk pergi meninggalkan wanita itu sendirian.
Jisoo terdiam, mematung ditempatnya, ia menatap kepergian Rosie dengan tatapan kosong. Demi Tuhan, bukan itu yang ia maksud. Jisoo tak berfikir seperti itu.
Jisoo, dia tak berniat untuk mengatakan bahwa Lisa adalah wanita gila. Itu semua keluar dari mulutnya tanpa ia sadari.
Jisoo dengan marah memukul-mukul bibirnya sendiri, membuat darah segar keluar dan ia terus melakukan itu hingga seseorang datang dan menghentikan aksinya.
"Lihatlah siapa yang sebenarnya gila disini. Aku sakit hati mendengar omong kosong yang keluar dari mulutmu itu, Kim."
Jisoo mendongkak, menatap seseorang yang berdiri didepannya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW ZEALAND CAT [END]
أدب المراهقين[JENLISA] Dia cuek dengan sekitarnya. Peduli dengan manusia? Tidak terlalu, dia akan peduli hanya ketika benar-benar merasa iba saja. Jika pada manusia saja ia seperti itu, lantas bagaimana dengan hewan? Apakah ia akan menjaga dengan baik kucing k...