Sore ini Lisa masih berada di kantornya. Ia mengerjakan banyak pekerjaan supaya setelah pulang berlibur, pekerjaan nya tidak terlalu menumpuk.
Lisa berniat untuk lembur, jika sampai sekarang masih belum selesai, mungkin hari ini Lisa akan pulang malam.
Tapi sepertinya seseorang tidak mengizinkan itu, Jennie yang sedari tadi menemani Lisa meskipun ia tertidur itu kini kembali bangun. Jennie melihat ke sekelilingnya, ia tersenyum begitu pandangan matanya mendapati Lisa yang masih setia ditempat nya.
Jennie lantas berdiri dan menghampiri Lisa. Ia berdiri dibelakang Lisa, memeluknya dari belakang, bersandar pada sebelah pundak Lisa. Ia juga mengendus-endus leher Lisa, bau wangi Lisa sangat khas, ia benar-benar menyukainya.
Sementara itu, Lisa yang merasa jika sedikit lelahnya itu berkurang lantas tersenyum manis. Ia menggenggam kedua tangan Jennie yang melingkar dan menariknya.
"Kau seharusnya memberitahuku jika kau sudah bangun" ucap Lisa.
Jennie tersenyum, ia memeluk Lisa, membuat wajah Lisa menjadi sejajar dengan perut rata Jennie.
Jennie mengelus-elus kepala Lisa dengan lembut, "masih belum selesai juga?" Tanyanya dan Lisa mengangguk.
Jennie terkekeh kecil begitu merasakan geli di perutnya akibat ulah Lisa, ia melepaskan pelukannya, menangkup wajah nya dan mendongakan kepalanya.
"Bisakah kau berhenti dulu sebentar? Aku ingin duduk disana" pinta Jennie, menunjuk paha Lisa dengan tatapannya.
Lisa mengangguk, "tentu saja. Tapi kau akan merasa tidak nyaman jika disini, di sofa saja, okay?"
Jennie menyetujuinya, ia menarik tangan Lisa, menuntunnya menuju sofa dan mendudukkan Lisa disana. Setelahnya, Jennie kemudian duduk di atas pangkuan Lisa dengan tangannya yang melingkar dileher Lisa.
"Aigo, kucingku yang manja" ujar Lisa dengan gemas.
Tapi sepertinya Jennie tidak setuju dengan itu, ia menggelengkan kepalanya dengan bibirnya yang melengkung ke bawah.
Jennie menelusupkan wajahnya ke leher Lisa, "aku tunangan Lisa dan kita akan segera menikah, berhenti menganggap ku sebagai kucing lagi!" Katanya.
Lisa yang mendengar protesan kecil itu sontak tersenyum, "arraseo, arraseo. Kau tunangan, juga calon istriku yang sangat manja."
Tanpa Lisa ketahui, Jennie tersenyum dengan senang. Bahkan pipinya sudah memerah merona, tersipu dengan apa yang baru saja Lisa katakan.
"Sangat tidak adil!" Ujar Jennie, mengulum senyumnya.
"Apanya yang sangat tidak adil, hm?"
"Lisa selalu saja membuatku tersipu!" Jawab Jennie, berucap dengan nada bicaranya yang seolah sedang merajuk.
Lisa mendorong tubuh Jennie dengan pelan, meminta wanita nya untuk menatap dirinya, "apa kau tidak suka jika aku selalu membuatmu tersipu? Kau tidak menyukainya?"
Mendengar pertanyaan itu sontak Jennie menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat.
"Nnooo!! Bukan begitu, Lisa" katanya.
"Then??"
Jennie terdiam, mata kucingnya bergerak kesana-kemari, "i-itu, aku-- aku suka! Sangat suka. Tapi aku merasa malu...." Ucapnya, menundukkan kepala.
Lisa tersenyum, ia menarik pinggang Jennie supaya bisa lebih menempel dengannya. Aksi Lisa itu tentu saja membuat Jennie mau tidak mau harus menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW ZEALAND CAT [END]
Teen Fiction[JENLISA] Dia cuek dengan sekitarnya. Peduli dengan manusia? Tidak terlalu, dia akan peduli hanya ketika benar-benar merasa iba saja. Jika pada manusia saja ia seperti itu, lantas bagaimana dengan hewan? Apakah ia akan menjaga dengan baik kucing k...