"Jadi Lisa akan berdiri disana? Dihadapan banyak orang?"Aku mengangguk menanggapi pertanyaan Jennie. Saat ini Jennie, Rosie, dan aku tentunya, masih berada didalam mobil. Menunggu perintah selanjutnya dari salah satu anggota NIS yang kemarin aku temui.
Sebentar lagi acara konferensi pers akan segera dilaksanakan, dari sini aku sudah bisa melihat ada banyaknya wartawan juga reporter, bahkan beberapa warga lokal juga ada disana, menungguku.
Perdamaian antara kedua negara berada di tanganku sekarang, apa yang aku katakan benar-benar memiliki pengaruh, entah itu baik ataupun buruk.
Earphone ku berbunyi, aku bisa mendengar suara Haein dengan jelas. Lelaki itu memintaku untuk segera bersiap.
Aku menatap Jennie yang sekarang terlihat seperti sedang kebingungan, melihat kesana-kemari. Padahal aku sudah mengatakan padanya bahwa sebaiknya ia tak ikut.
Rosie juga, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku atau pada orang di sekitarku begitu aku menaiki mimbar.
"Jangan keluar begitu aku pergi, arraseo?"
Jennie mengangguk-anggukkan kepalanya meksipun matanya tetap fokus pada hal lain. Aku melirik Rosie yang duduk di kursi depan, ia masih sibuk dengan makanan ringan ditangannya.
"Rosie, kau mendengarkan ku?"
Rosie membalikan setengah badannya dan menatapku, "neee!" Katanya dengan lucu dan aku mengangguk setelahnya.
"Kau bisa keluar sekarang, Miss."
Suara Haein kembali terdengar jelas ditelinga ku, aku lantas mengetuk jendela dan Jisoo membukakan pintu mobil untukku setelahnya.
Sebelum aku benar-benar pergi, "ingat pesanku. Jangan kemana-mana dan tetaplah disini bersama Rosie" kataku, kembali mengingatkan Jennie.
Jennie mengangguk-anggukkan kepalanya, "um! Hati-hati, Lisa. Aku melihatmu dari sini" jawabnya.
Aku menganggukkan kepalaku dan menutup pintu mobil setelahnya. Jisoo mengangguk-anggukkan kepalanya. Aku kemudian menarik nafas dalam-dalam dan menghembusnya perlahan.
"Tolong jaga mereka" pintaku pada Jisoo, menepuk pundak nya dan meninggalkan tempat dengan dikawal oleh kedua polisi disamping ku.
NIS menyelenggarakan konferensi pers tepat didepan gedung kepolisian pusat kota Seoul. Begitu aku menaiki panggung kecil semua kamera mulai menyorot ku, dan itu benar-benar merusak mata.
Aku berdiri disamping mimbar, membungkuk sopan cukup lama dan melangkah menuju mimbar. Dari sini aku bisa melihat ada banyaknya orang dihadapan ku. Tentunya bukan orang Korea saja, beberapa wartawan dari Selandia Baru turut hadir.
Aku menghela nafas, menarik mic supaya sejajar dengan mulutku dan membuka mulut setelahnya.
"Selamat siang, saya Lalisa Manoban, pemilik gedung MN CROP yang telah lama kosong dan hangus terbakar pada kecelakaan tahun lalu" ucapku, memperkenalkan diri.
Sejak aku berdiri disini cahaya dari kamera tak henti-hentinya menyorot ku, bahkan ketika aku hanya bergerak sedikit, kamera-kamera menyerbu seolah hal paling kecil yang aku lakukan pun benar-benar sangat penting.
Setelah mengatakan itu aku kembali dibombardir oleh banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang tentu saja harus aku jawab, entah dengan jujur ataupun bohong.
"Apa benar itu hanyalah sebuah kecelakaan?!"
Entah siapa itu yang bertanya, yang pasti itu berhasil sampai ke telinga ku, dari banyaknya pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW ZEALAND CAT [END]
Teen Fiction[JENLISA] Dia cuek dengan sekitarnya. Peduli dengan manusia? Tidak terlalu, dia akan peduli hanya ketika benar-benar merasa iba saja. Jika pada manusia saja ia seperti itu, lantas bagaimana dengan hewan? Apakah ia akan menjaga dengan baik kucing k...