"Nara." Gadis itu menoleh, mendapati Renjana disamping kiri yang tengah duduk tertunduk menghadap bawah.
"Maaf, ya? Aku jadi merepotkanmu dan Haikal." Lanjutnya.
Nara tersenyum menanggapi hal yang tak sepadan dengan segala yang telah laki-laki itu lalui.
"Bukan apa-apa, kau butuh aku.. mungkin nanti, aku yang akan membutuhkanmu. Santai saja! Lagi pula.. sikap Juan sudah kelewatan! Itu sebabnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami." Jelas Nara sedikit menunduk pada kalimat terakhir.
Hening sesaat. "Kau.. dan Juan?"
Nara mengangguk pelan. "Kenapa?! Juan itu menyukaimu, dia selalu bilang kalau dia sangat menyukai Nara. Kenapa, Nara?! Ada apa?!"
"Aku bingung, Renjana. Sesuatu yang dulu Juan berikan tak lagi sama, dia berubah."
"Entah siapa yang salah, entah sejak kapan semua ini mulai berubah. Tapi dalam sebuah hubungan.."
"Perasaan itu adalah kuncinya."
"Seperti, 'jika terus dipaksakan, aku bisa gila hanya karena sulit untuk bisa mengatakan tidak pada orang lain.' Aku mau dia yang dulu. Bukan Juan yang kasar dan arogan."
"Orang bisa gampang berubah, Ra. Aku pun bisa saja berubah, sama seperti Juan dan kamu. Kenapa harus berakhir? Saat setelahnya kamu akan merasa hampa."
Renjana sedikit ada benarnya, ia tak seharusnya tersulut emosi sesaat. Tapi Juan yang sekarang belum bisa membuatnya senyaman dulu, ia masih tak bisa melupakan bagaimana laki-laki itu memperlakukan Renjana layaknya binatang cacat seperti yang sering ia ucapkan.
"Hey! Minum ini! Aah.. perutku sakit karena berjalan jauh setelah makan." Haikal menggerutu setelah menyerahkan minuman yang ia beli dari supermarket yang jaraknya lumayan jauh.
"Terima kasih, Haikal." Laki-laki itu hanya mendehem sebagai jawaban untuk Renjana yang tengah minum.
"Terima kasih." Ucap Nara.
"Ah.. sama-sama. Oh? Sudah waktunya untuk kita pulang, ayo pulang! Sebelum polisi menyerang kita dengan pertanyaan-pertanyaan tidak jelas karena kita masih berkeliaran."
"Sepertinya kau sudah faham dengan situasi ini, kau sudah sering ditanyai mereka, ya? Karena sering keluar malam." Nara menggoda Haikal yang tak menunjukkan ekspresi apapun.
"Jangan banyak bicara, cepat atau aku akan meninggalkanmu!"
"Tinggalkan saja! Lagi pula siapa yang tidak bisa pulang walau sudah hampir larut malam?!"
Dan tiba-tiba saja terjadi pemadaman listrik, Nara, gadis itu spontan memeluk tubuh Renjana yang lebih dekat dengan dirinya hingga lampu-lampu dijalan kembali menyala dan listrik sepenuhnya hidup kembali.
Wajah Renjana yang polos dan Haikal yang tetap menyebalkan juga Nara yang harus menahan malu.
"Cepat pemberani! PLN tidak mentoleran, sebaiknya percepat langkahmu, pem-be-ra-ni." Sarkas Haikal berjalan membelakangi kedua orang yang masih berpelukan.
Nara melapaskan pelukannya dengan sedikit bertingkah aneh, begitu juga Renjana. Salting ni yee!
"Maaf.. maaf untuk yang barusan! Aku.. aku.."
"Cepaaat!" Teriak Haikal.
"Ah? Iya! Sebaiknya kita pulang, mari!" Nara mengambil tangan Renjana. "Ah! Sekali lagi maafkan aku! Ayo!"
Nara berlari lebih dulu meninggalkan Renjana yang masih kebingungan di tempatnya, laki-laki itu celingak-celinguk mencari benda yang dirasa hilang.
"Payungku!" Ujarnya saat mendapati payungnya tergeletak di bangku yang sempat Nara dan ia duduki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)
Teen Fiction[WP ANGST ] Sanggup baca, silahkan "Dalam hidup aku sudah menjalani hal-hal paling menakjubkan, dan ini kehidupan keduaku." -Renjana Highest Rank achievement : #2 Renjana (25/04/2024) @RENJUN @JISUNG @HAECHAN @JENO @NARA