Semesta Membawanya Kembali

21 1 0
                                    

Notifnya kayaknya eror, baca dulu part sebelum ini, ya.

Makasih..

"Raja, ampuni kami. Kami tidak bersalah."

"Anakku masih membutuhkan Ibunya."

"Dia akan sangat sedih begitu tahu ayahnya mati."

Jangan tanya bagaimana rakyat itu diperlakukan, Jaen ho saja menundukkan pandangannya sebagai panglima.

Ia takkan bisa. Tidak! Ia takkan sanggup menyaksikan pelenyapan masal ini. Meski dirinyalah yang memimpin penangkapan kemarin malam.

Seorang rakyat biasa dipaksa berdiri sambil diikat diatas sebuah kotak, kemudian seutas tali dikaitkan dilehernya.

Orang itu akan digantung bersama keempat orang disampingnya.

Jisung duduk dengan tenang, kelihatannya.

Manatap satu persatu pasang mata yang berbalik menatap memohon padanya. Termasuk sang Ibu kecuali Pamannya yang mengisyaratkan remeh. Seakan punya senjata lain untuk membebaskannya dari hukuman.

Ia mengangkat tangannya memberi isyarat untuk..

Brak

Algojo mulai menendang satu persatu kotak itu hingga mereka tergantung saat Jisung menurunkan tangannya. Orang-orang berteriak, yang lain mencoba menguatkan. Walau pada akhirnya mereka akan bernasib sama seperti mereka yang menjulurkan lidah.

Jisung menyaksikannya.

Jisung mendengarnya.

Meski bukan ini yang dia inginkan, dia harus melakukannya.

Dirinya mengalihkan pandangan, menatap punggung tangan Jaen ho yang mengepal kuat.

"Panglima Lee." Panggilnya.

Tanpa membalikkan tubuh, Jaen ho menjawab. "Aku, Raja."

Belum sempat Jisung membuka mulutnya, Jaen ho sudah lebih dulu bicara.

"Kau puas telah menghabisi rakyatmu sendiri, Raja?"

Jujur saja, Jisung tidak terlalu suka saat Jaen ho memanggilnya seperti itu.

Itu seperti bukan sebuah panggilan, namun sarkas untuknya.

"Kau membela mereka? Kau kasihan pada orang-orang itu?"

Baru pada saat inilah Jaen ho berani menatap wajah mereka yang memohon padanya untuk dibebaskan. Seolah mereka mengatakan bahwa mereka menginginkan keadilan, tidak menyukai keputusan yang Raja ambil hingga merugikan mereka. Hanya itu. Tapi mereka malah dianggap penghianat.

"Bagaimana aku bisa terima, saat dihadapaku sendiri ada banyak nyawa tak bersalah."

"Mereka harus meninggalkan keluarganya, hingga harus melihat bagaimana orang-orang yang mereka cintai mati dihadapan mereka."

"Kau ingin ikut kedalam bagian dari mereka?"

Jaen ho menoleh. Belum sempat mulutnya berucap, jauh dihadapannya, Perdana Menteri Park berteriak.

"APA YANG AKU KATAKAN TERNYATA BENAR, BUKAN?" Semua orang menatap kearahnya.

"Dia akan menggulingkan kekuasaanmu, Raja!" Tambahnya.

Jaen ho berjalan dengan sangat cepat sampai sempat ia sempat membuka sarung pedangnya dan mengarahkannya tepat dileher perdana Menteri.

"Diam! Atau aku sendiri yang akan memenggal kepalamu."

Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang