Tentang Jaemin

12 3 0
                                    

"Jangan terlalu percaya pada air yang terlihat tenang, kamu takkan tahu dunia seperti apa yang ada dibawah sana."

-Dunia Renjana

🌱

Ada typo, tandain, ya. Maap juga typo bikin gak ngefeel😭

Bayar parkir juga, jangan lupa.

Wooy vote woy!!!

Author sumpahin yang gak ngevote malemnya dimimpiin dikejar soang

🌱

"Semalam, Juan tidak pulang?" Tanya Renjana khawatir. Kepala pelayan, Pak Kim, dan Pak Lee mengangguk bersaman.

Gawat! Mama akan segera tiba. Jika Mama tahu Juan tak pulang, maka..

Ah, tidak. Kali ini ia tidak boleh berakhir dirumah sakit ataupun nyaris mati.

Tidak boleh!

"Tuan Lee.."

"Saya, Tuan."

"Cari Juan! Kemana pun. Kau harus menemukannya, bila perlu suruh orang." Pria itu mengangguk, mengiyakan. "Tuan Kim.."

Ini saatnya, ia akan mengantar Tuannya. Akhrnya, Tuhan.

"Kau juga."

"Ya?"

"Kau juga cari Juan, semakin banyak semakin cepat kita menemukan Ka-- Juan.."

"Y-ya?" Mendapati rekan kerjanya yang lemot, Kepala pelayan menyikut Pak Kim. "Oh.. Baik!"

Ada raut kesedihan diwajah Pak Kim saat Renjana tak lagi ingin diantar. Adanya kapan waktu untuk menjemputnya? Mengantar pergi dan pulang sang Tuan yang menjadi tugasnya.

"Tuan Kim?" Renjana memanggil. "Tunggu sebentar lagi. Aku masih membutuhkanmu."

"Saya tidak bermaksud membuat anda merasa bersalah, Tuan."

Renjana tersenyum, simpul. "Sebentar lagi, tunggu."

🌱

Langkah kaki itu gontai, tatapannya kosong. Hanya cangkang.

Jaemin berhenti didepan sebuah ruangan dengan pintu putih, menunduk lesu mendapati kaki tanpa alasnya berbeda dari kemarin malam.

Ya, semalam. Saat mereka tidak pulang. Tidak mengabari orang rumah, siapapun.

Semalam adalah perjalanan panjang untuknya, atau lebih tepatnya-- untuk kedua sahabatnya yang lain.

Tatapannya naik, menatap datar dari balik kaca kedalam ruangan.

Pakaiannya berdarah-darah, kering. Tubuhnya penuh lebam, pelipis kanan serta ujung bibirnya sobek.

Tangannya terangkat sebelah, menyentuh kaca dingin itu, nanarnya berubah sedih. Seketika, berubah lagi cepat. Ia tertawa  namun, kedua sudut matanya panas.

Lubang lain menghantam dadanya saat itu juga. Belum sembuh, kini-- ia terluka lagi.

Dinasihati, dikasihani, dicaci, dimaki, dipinta, dinista. Segalanya selalu ia lakukan untuk mendapat pengakuan.

Jika Ayah Haikal memilih, lantas memaksa. Maka lain hal dengan Jaemin. Laki-laki itu mempertaruhkan segalanya untuk dapat pengakuan. Mengorbankan diri demi pengabdian. Nihil.

Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang