Klimaks

16 3 0
                                    

Ketika Juan, Nara dan Jaemin masih beradu argumen. Tiba-tiba saja ia mendapat panggilan dari nomor Shutaro.

"Juan? Panggil Nara mengibaskan tangannya dihadapan wajah Juan.

"Haikal.."

Nara yang langsung tahu jika sesuatu tengah terjadi pun langsung melarikan diri. Entah kemana, yang jelas-- Jaemin ikut mengejar gadis itu.

🌱

Sepanjang perjalanan, mereka diam tak bersuara. Membiarkan sepi menemani Juan menyetir melewati jalanan yang lengang.

Hingga ketika mereka hampir sampai, dari kejauhan-- mereka mulai bisa mendengar sirine mobil polisi dan ambulance yang berbalapan dengan mobil mereka.

Semakin saja dibuat khawatir, kentara Nara-- ia malah sudah seperti orang gila sebab penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi. Pasalnya, Juan sama sekali tak mengatakan apapun setelah menerima panggilan dari Shutaro.

Mobil Juan berhenti tepat didepan pintu gerbang rumah Haikal, sudah banyak polisi dan ambulance yang tadi sempat mendahului ketiganya.

Renjana terpaku di tempatnya, tak tahu apa yang terjadi namun menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang tengah terjadi.

Juan berlari mendekat begitu mendapati Renjana. "Kenapa kau disini?"

"Juan?"

"Kutanya, kenapa kau disini?!"

Renjana menggeleng, jelas. Ia tak tahu apa-apa. "Ak-aku.. aku tidak--"

"Haikal!" Teriak Nara.

Mereka semua menoleh, mendapati Haikal diamankan beberapa orang kemobil polisi.

Jaemin yang berada dibalik punggung Juan, tanpa pikir panjang langsung berlari-- mempertanyakan apa yang terjadi. Namun, laki-laki itu hanya memberinya tatapan sendu.

Jauh berbeda dari Haikal yang sering ia lihat.

Bak matahari telah redup.

Bulan pun tak menampakkan dirinya.

"Renjana!"

"Aku.." Renjana tak bisa menjawab apa-apa. Sungguh, ia tak tahu apa yang terjadi.

Ketika Jaehyun memintanya untuk mengantar ia kemari, ia tak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Ia hanya diminta mengubungi Shutaro dengan ponsel Jaehyun dan mereka semua datang setelahnya.

Belum sempat mencerna apa yang terjadi, semuanya semakin dibuat jelas dengan tenaga   medis bersama Jaehyun yang berdarah-darah membawa tandu berisikan Tuan Lee.

Juan langsung menatap Renjana. Cahaya sirine tanpa suara mematul sampai pada wajah keduanya.

Tatapannya seolah mengutarakan kekesalan.

🌱

"Kau lihat? Semua orang yang berada didekatmu selali celaka." Ujar Juan secara tiba-tiba.

"Juan, maaf.."

"Kenapa harus kau?"

"Huh?" Renjana menoleh sendu. "Apa maksud.. mu?"

Juan mendecih. "Ayah, Haikal, bahkan Bundamu. Mereka celaka karena kau ada disekitar kami. Kau itu pembawa sial!"

"Juan!" Nara, dengan sadar ia menampar pipi kanan laki-laki yang ia teriaki.

Ia sudah ada sejak tadi, awalnya ia hanya ingin tahu apa yang mereka bicarakan. Namun, Juan kelewatan. Ia tak pantas mengatakan itu, terlebih pada adiknya sendiri.

Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang