RAJA DAN PUTRA MAHKOTA

19 5 0
                                    

Berita tentang Raja yang akan meninggalkan kerajaan tiba-tiba saja menjadi perbincangan masyarakat kerajaan, entah bagaimana, jelasnya berita ini juga sudah sampai ditelinga Putra Mahkota.

Kali ini jadwal untuk Putra Mahkota melaksanakan latihan khususnya dikerajaan bersama Panglima Lee Jaen ho. Jika biasanya ia akan menolak saat diminta latihan karena menurutnya membosankan, ditambah orang yang melatihnya selalu lebih tua. Kali ini, ia tidak akan bisa menolak atas alasan itu. Karena orang yang sekarang melatihnya adalah anak dari Panglima Lee, jadi mereka berdua seumuran.

"Kau tahu aku sangat membenci latihan seperti ini, bukan?" Putra Mahkota melayangkan pertanyaan pada Panglima Lee Jaen Ho saat pedang kayu keduanya menyatu dan mereka saling berputar untuk beberapa saat.

"Ya.. saya mengerti. Itu karena Putra Mahkota seperti anda tidak bisa melakukannya dengan baik."

"Bisakah kau--"

"Maaf, Pangeran. Hamba lancang. Ayo, mulai."

Mereka berdua berhenti dan selanjutnya-- dengan mudah Putra Mahkota Wang Jisung jatuh ke tanah bersama pedangnya yang terlembar jauh, setelah beberapa saat yang lalu Panglima Lee Jaen Ho mengangkat pedangnya.

Putra Mahkota tercekat, ia berusaha mengambil kembali pedangnya. Namun belum sampai tangannya menyentuh pedang, ia sudah dihadang oleh pedang kayu Lee Jaen Ho yang menahan lehernya.

"Terlalu lambat. Kau bisa saja terbunuh karena hal ini."

"Wah.."

Lee Jaen Ho tersenyum begitu pun Putra Mahkota, ya.. mereka memang terhalang oleh aturan kerajaan. Tapi di luar itu, mereka adalah sahabat.

"Mari, kubantu kau berdiri." Sambil mengulurkan tangannya.

Putra Mahkota tersenyum, ia mengambil uluran tangan itu, berdiri sambil membersihkan pakaiannya.

Andai saja bukan karena aturan kerajaan, mungkin mereka akan tertawa sepuasnya.

"Aku membenci ini." Ucap Putra mahkota Wang Jisung saat dirinya mendapati Raja mendekat ke arah mereka.

Panglima Lee Jaen Ho ikut kemana tatapan itu dan membungkuk hormat tatkala Raja sampai dihadapan mereka, Raja sudah cukup menerima penghormatan itu dan memberi titah agar Panglima Lee Jaen Ho mengangkat wajahnya.

"Putra Mahkota."

"Aku, Raja."

Raja tersenyum meski hanya sekejap, kemudian berkata. "Aku akan meninggalkan kerajaan, sementara aku pergi dan jika aku tidak kembali.. bisakah kau menjadi Raja dengan sedikit rasa tidak terhormat?"

Hah? Maksudnya?

"Aku tidak pernah tahu bagaimana aku disana, aku tidak tahu apa aku mampu menginjakkan kakiku lagi di kerajaan Wang. Dan oleh karena itu, aku ingin kau menerima titah ini karena kau Putra Mahkota Kerajaan Wang."

"Tapi aku lemah, Raja."

"Aku tidak peduli, kau harus mampu. Aku serahkan semuanya dan Kerajaanku padamu, putraku."

Raja berbalik, meninggalkan putranya bersama Panglima Lee Jaen Ho. Ia percaya jika Panglima Lee bisa menangani Putra Mahkota.

Ia percaya, jika keduanya mampu meski harus melewati banyak cobaan.

"Apa kau yakin, Panglima Lee?" Panglima Lee menoleh. "Kau percaya padaku?"

Lee Jaen Ho menundukkan kepalanya menatap pedang yang ada diantara lengan dan pingganya, mengeluarkan pedang itu dan menyayat telapak tangannya tanpa ragu hingga Putra Mahkota sedikit terkejut atas apa yang terjadi.

Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang