Ayah Untuk Juan

14 1 0
                                    

Jaen ho menyatukan satu lututnya dengan lantai. Ia mengangkat tinggi pedangnya, lantas menyimpannya dihadapan Raja.

"Aku telah disumpah untuk mengabdi padamu dan Kerajaan. Aku juga telah bersumpah menyerahkan hidupku untuk menjagamu. Tapi aku tidak bisa..

"Jika harus mengorbankan banyak nyawa demi satu nyawa."

"Aku tidak bisa."

"Karena aku juga disumpah untuk melindungi rakyatku."

"Tapi jika kau melindungi mereka, kau mengingkari dua sumpahmu padaku."

"Dan jika aku menjalankan satu sumpahku, aku menjalankan seluruh sumpah pada mereka."

Jaen ho bangkit bersama dengan pedangnya. "Aku tidak ingin membandingkan, aku cukup mengerti siapa Rajanya dan siapa Rakyatnya."

"Melihatmu menjadi seperti sekarang, membedakan darah bangsawan dan tidak membuatku sedikit berpikir. Jika aku bukan darah baglngsawan, maka aku akan berakir sebagai budak, pelayan, perampok, rakyat yang kelaparan, dan mati tanpa orang tahu siapa aku."

"Mungkin takkan terjadi padamu, tapi tidak menutup kemungkinan kataku."

"Rakyatmu hanya butuh Raja yang jujur, mementingkan mereka dan keluarganya."

"Aku tidak mengerti apa yang ada dipikiranmu saat ini. Tapi jika mereka diekaskusi, pendapatmu apa yang terjadi?"

"Rakyat semakin ketakutan, mereka semakin membenci Kerajaan. Yang paling mudah dibayangkan tapi paling menyakitkan adalah.."

"Seorang anak kehilangan Ayahnya, istri kehilangan suaminya, suami kehilangan istrinya, Ayah dan Ibu kehilangan anaknya."

"Apakah menjadi Raja yang jujur untukmu sesulit kehidupan mereka?"

"Saat aku mencari nama-nama itu, aku menemukan banyak hal diluar Ibu Kota."

"Kita hidup damai didalam Ibu Kota, tapi setiap harinya mereka tersiksa layaknya dineraka."

Jaen ho pergi setelah memberi hormat cukup lama. Ia berhenti diambang pintu, kemudian berkata. "Raja, aku harus melindungi Kerajaan dan Rakyatku."

"Keputusan itu ada ditanganmu." Akhirnya dengan tangan bergetar menggenggam pedang meninggalkan Raja.

🌱

Panglima Lee tengah memperhatikan halaman pelatihan.

Tempat dimana diri kecilnya sering bermainbersama para pangeran, atau sekedar memperhatikan sang Ayah melatih anak buahnya.

Ia maaih ingat betapa gagahnya sang Ayah saat mengacungkan pedang, memberi komando, berteriak lantang, dan dihormati pasukannya.

Dari tempatnya berdiri, Jaen Ho mampu melihat bukit tinggi tempat dimana dirinya sering menghabiskan waktu melatih calon Raja serta para pangeran.

Dari tempatnya berdiri, Jaen Ho mampu melihat bukit tinggi tempat dimana dirinya sering menghabiskan waktu melatih calon Raja serta para pangeran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang