Aku tidak tahu kenapa akhir-akhir ini hujan lebih sering turun dari pada saat aku meminta. Sebelum akhirnya, aku tak lagi bisa merasakan hari hujan itu lagi bersamanya.
Ini sudah hampir siang, namun hujan masih saja turun bahkan sejak semalam.
"Aku akan terlambat lagi jika hujan terus mengguyur kota." Gerutuku mencari payung. Seingatkun, aku sempat memasukannya kedalam tas.
"Kau butuh ini?" Tiba-tiba saja seseorang menawarkanku payungnya.
Aku menengadah memastiikan bahwa dia orang yang aku kira, tapi memang bukan dia. Dan tak akan pernah menjadi dia.
"Haechan??"
Laki-laki itu tersenyum. "Ini miliknya. Aku tidak sempat mengembalikan ini padanya. Bahkan aku tidak akan pernah mengembalikan ini pada pemiliknya."
Aku mengerti. Aku juga merasakan apa yang ia rasakan. Rasanya benar-benar baru kemarin kami dipertemukan, namun kemarin juga Tuhan pisahkan kami.
"Kau mau kemana?" Tanyaku.
"Entah.." jawabnya. "Aku hanya ingin pergi sejenak dari rumah."
"Apa Ayahmu memukulimu lagi?"
"Tidak. Sejak entah apa yang Renjana katakan pada laki-laki itu, dia tak pernah bermain tangan lagi." Haechan tersenyum lantas menunduk. "Aku sangat berterima kasih, tapi mengucapkan terima kasih saja kurasa tak cukup. Tidak, memang tidak cukup."
"Omong-omong.. kau mau kemana?"
"Aku ingin menemuinya."
---○●○---
"Setelah ini, jangan pernah muncul dihadapanku lagi."
"Tapi kau akan pergi kemana?" Tanya Jaen Ho kecil.
Lantas, Jaehyun menjawab tanpa menoleh. "Berlatih saja sampai kau mampu melampauiku, itu saatnya kita akan bertemu dan berpisah untuk pertama dan terakhir kalinya." Setelah mengatakan itu, Jaehyun benar-benar pergi meninggalkan rumah. Meninggalkan Ayah & adiknya.
"Hyung! Aku akan menunggumu! Aku akan berlatih setiap hari agar aku bisa segera bertemu denganmu lagi. Aku berjanji! Aku berjanji akan jadi lebih kuat darimu, karena itu.." ujar Jaen Ho kecil menangis melihat Kakak laki-lakinya pergi menjauh dan menghilang dari pandangannya.
"Jangan mati sampai kau melihatku kuat."
"Kau disini?" Jaen Ho berbalik. Suara yang sudah lama tak ia dengar, kini tepat berada dibalik punggungnya. "Bagaimana kabar kalian?" Tanyanya lagi dibarengi dengan senyuman.
Jaen Ho tidak mengerti dengan perasaannya sekarang, harusnya ia bahagia bukan? Saat orang yang selama ini ia harapkan kepulangannya, kehadirannya, ada dihadapannya.
"Kau.."
Jaehyun kembali menyela. Bertanya dengan lesung pipi, menandakan ia bicara sambil tersenyum.
"Apa dia baik-baik saja? Ah.. maksudku, Ayah."
Jaen Ho mengepalkan kedua tangannya. "Kau membunuhnya, kan?" Jaehyun memiringkan kepala. Senyumannya hilang. "Kau membunuh mereka saat perjalanan ke Negeri seberang untuk misi perdamaian. Kenapa kau melakukan itu?"
"Sebenarnya.."
"KENAPA?!! Dia Ayah kita, kenapa begitu mudah bagimu mengambil nyawa seseorang yang tak lain adalah Ayah! Kenapa harus kau?" Tanya Jaen Ho lirih diakhir.
"Jika kau berpikir begitu, maka angkat pedangmu dan lakukan hal yang sama padaku untuk membalaskan kematiannya." Balas Jaehyun membuat Jaen Ho tak habis pikir dengan jalan pikiran Kakaknya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)
Dla nastolatków[WP ANGST ] Sanggup baca, silahkan "Dalam hidup aku sudah menjalani hal-hal paling menakjubkan, dan ini kehidupan keduaku." -Renjana Highest Rank achievement : #2 Renjana (25/04/2024) @RENJUN @JISUNG @HAECHAN @JENO @NARA