Tentang Diamon Gang

41 6 0
                                    

Pesta kemarin malam sangat seru dan mengesankan, anak-anak di sekolah pun masih membicarakannya. Mereka iri dengan kehidupan Juan yang dapat membeli apa saja, mereka juga iri, baik laki-laki maupun perempuan dengan wajah tampan yang ia miliki.

Mereka tak bisa mengatakan kalau Juan itu tak memiliki apa-apa, tidak! Juan memiliki segalanya.

Segala yang Juan mau, Juan pasti miliki.

"Hey! Kau dengar anak-anak sedang membicarakan apa? Mereka membicarakanmu! Waah.. luar biasa!" Ucap Shutaro, anak pindahan tahun lalu yang ikut dengan perkumpulan Juan, Zhong, dan Jaemin.

Dia anak konglomerat dari Jepang, tapi entah kenapa sikapnya selalu norak saat dihadapan Juan. Seakan dia tak pernah melihat ketenaran dan kepopuleran.

Sedangkan dua orang yang sudah mulai terbiasa dengan sikap Shutaro itu diam melipat kedua tangannya di depan dada, membalikan kursi mereka kehadapan Juan dan mulai berbicara serius.

Mereka bertiga duduk di bangku paling belakang, sedangkan Shutaro berjongkok menempelkan wajahnya yang bulat pada meja Juan.

"Masih saja tak mendapatkan kesenangan, Juan?" Tanya Zhong menampilkan ekspresi datar. Jaemin disampingnya diam, ia tak pernah banyak bicara ataupun mau ikut campur. Mendengar itu, Shutaro bangkit.

"Apa?!" Laki-laki itu menyela dengan wajah polosnya. "Kalian membahas apa?! Aku selalu tidak mengerti dengan pembicaraan kalian bertii..." ia melirik Jaemin.

"Dua maksudku." Lanjutnya bangkit, benar-benar bangkit. Ia duduk dimeja yang berada tepat dibelakangnya sambil melipat kedua tangan dan berkata. "Kau seperti mayat hidup, Jae."

Jaemin hanya mendecih, Juan pun masih enggan menanggapi, ia muak.

Benar-benar muak.

Ditambah Renjana yang datang ke kelas bersama Nara, itu membuat Juan semakin muak dengan anak itu.

"Ayolah, mau sampai kapan kau memendamnya sendirian?" Anak dari China satu ini memang banyak omong. Terkadang, ia jadi sangat menjengkelkan kalau Juan ingin sendiri tapi ia memaksa ikut dengan alasan keselamatan jiwa seorang Juan. Intinya, anak bernama Zhong Chenle itu khawatir kalau Juan berbuat nekat.

"Jae, tolong katakan pada anak ini kalau dia diam saja dengan masalahnya selama ini. Bukan hanya dia, tapi aku juga bisa gila."

"Kalau aku yang mengatakannya, apa kau akan mendengarku, Juan?" Tanya Jaemin terlebih dulu.

"Tergantung." Balas Juan singkat.

"Yak! Kau mengabaikanku tapi saat Jaemin hanya bertanya, sebelum dia mengatakan apa yang ingin dia sampaikan kau menjawabnya?! Sialan!"

Juan terkekeh begitupun Jaemin di ikuti Shutaro yang tak mengerti, apa yang sebenarnya mereka tertawakan?

"Mau ke klub?" Tanya Sutaro acak membuat ketiga orang dihadapannya menoleh secara bersamaan. "Apa? Aku hanya bertanya, tidak mau juga tidak apa-apa."

"Renjana."

"Em?" Ia menoleh saat Nara memanggil namanya. "Hari ini, aku membawa bekal kesukaanmu."

"Telur gulung?" Nara mengangguk antusias.

"Nara?"

"Ya, Renjana. Kenapa?" Gadis itu terus tersenyum, membuat Renjana hangat dan nyaman berada disampingnya.

"Hey!" Murid lain mengajak Nara bicara. Nara sudah tahu maksud murid laki-laki itu apa, ia ingin duduk karena bangku tempat duduk didekat jendela bersama Renjana ini adalah miliknya.

"Eoh? Hyunsik? Mau bertukar tempat duduk denganku? Bertukar duduk denganku, ya? Izinkan aku duduk di sini. Hanya sampai lulus sekolah!"

Hyunsik tertawa geli. "Yah, Nara. Kau pikir aku akan tinggal kelas? Sampai kau meminta izin padaku untuk duduk disini hingga lulus nanti? Astaga.. baik! Kau boleh mengambilnya, tidak masalah bagiku duduk dimana saja." Sambil berjalan menyimpan tas miliknya, dibangku bekas tempat duduk Nara.

Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang