Sisa Rasa

7 3 0
                                    

Nara terdiam cukup lama didepan makam seseorang. Membuka pintu kaca yang jelas terpajang foto seseorang yang sangat ia rindukan. Foto dengan sabit dikedua bola matanya itu adalah kelemahan, semakin meruntuhkan keinginannya untuk bertemu.

Lantas meletakkan mawar putih dan selembar amplop coklat sambil membersihkan foto tersebut.

Ia tersenyum pahit, kenangan antara dirinya dan yang telah pergi sungguh menyayat hati. Terlebih, kolase kenangan tentang dia berputar dalam sekejap.

Lagi dan lagi, matanya sudah sangat sembab. Bibirnya kelu bahkan untuk mengucap maaf.

"Aku.. datang." Katanya terisak. Memukul-mukul dadanya sesak.

Kakinya sendiri sudah tak mampu berdiri, hingga ia menjatuhkan dirinya memeluk foto itu.

"Maaf.. maaf karena terlambat datang."

"Maafkan aku.."

🌱

"Wang Chenle!"

"Hyung, tolong jadilah Raja untukku."

"Akan kulindungi kalian."

"Itu hukumanku."

"Tidaak!" Peluh mengucur deras. Renjana berteriak, bangun dari mimpi diatas tempat tidurnya sendiri.

"Ah.. aku bermimpi lagi." Laki-laki itu mengusap wajahnya gusar.

Lantas mengalihkan pandangannya pada jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi.

Ia segera bangkit dan bersiap menuju sekolah. Karena sebentar lagi mendekati kelulusan, maka akan diadakan acara bazar dan Renjana ikut serta dalam salah satu stan kelas.

Bukan hanya itu, tiap stan juga harus mengirimkan penampilan terbaik mereka.

Entah kenapa yang harus tampil malah dirinya dan Juan, padahal Shutaro yang jago bernyanyi, ada Jaemin yang juga bisa piano. Atau..

Brak

"Tidak!" Gadis itu menggeleng. "Aku tidak akan menampilkan jurusku didepan banyak orang." Tegas gadis itu menggebrak mejanya.

"Kalau kalian berdua tidak mau tampil, akan aku hajar." Sambung Nara mengepalkan tangannya didepan wajah Renjana dan Juan bergantian.

"Tapi kau juga bisa bernyanyi, Nara."

Renjana pahlawan, saat ketiga orang lainnya bungkam menghadapi Nara. Laki-laki polos nan lugu itu malah menjawabnya. Hingga mereka hanya mampu memberikan jempol mereka, bangga.

"Atau paling tidak ...."

"Uh?"

"Bagaimana? Kau juga bisa menampilkan jurus karatemu, Juan, Jaemin juga bisa menunjukkan kebolehan mereka."

"Omong-omong aku juga ada disini."-Haikal.

🌱

Matahari sudah berada diatas kepala, kelima jiwa muda itu berlarian sebab dikejar pengawas liring yang memergoki Nara pada awalnya.

Yap, gadis itu.

Ia mengenakan celana bersama rok, sedangkan sepatu entah kemana.

Awalnya memang hanya Nara, tapi lama kelamaan menular pada Haikal dengan tabiatnya yang tak bisa hilang. Yaitu, izin ke kamar mandi padahal hanya ingin jalan-jalan, atau paling tidak menghindari mata pelajaran yang menurutnya membosankan.

Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang