Buru-buru nulisnya, maaf kalau gak ngefeel. Karena chapter ini gak terlalu banyak nangisnya, ya cuman ngasah otak aja. Dikit.
Tandai typo-- nanti kita revisi.
Selamat membaca..
🌱
Selepas kejadian hari itu, semua kembali pada semula.
Ah, tidak-- hanya berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
Haikal saja masih belum kembali sekolah, bangkunya kosong setiap kali Juan melewati kelas laki-laki itu dengan sengaja. Izin ketoilet, pada saat jam pelajaran berlangsung.
Ia memang pergi kesana, namun, hanya untuk menemui seseorang.
Air keran dibuka, sedikit membuat kebisingan tanda jika ia ada didalam. Sembari mencuci kedua tangannya, Juan berkata pada seseorang.
"Bagaimana?"
"Kami menemukan rekaman cctv jalan yang mengarah sebelum rumah keluarga Lee.."
"Jadi?"
"Kami menemukan seseorang dengan wajah yang anda berikan kemarin, dia memakai baju tahanan yang tak sempat dilepas sepertinya. Lantas kembali pulang ke jalan yang sama dengan hoodie hitam, topi, dan masker."
Juan hanya menghela nafas, dugaan Jaemin benar. Insting laki-laki itu tak pernah melenceng. Bukan cenayang, namun dugaannya selalu tepat sasaran.
"Cari kemana dia melarikan diri, lalu kirim orang untuk membekuknya."
"Baik!"
Panggilan berakhir. "Huh.." nafasnya terdengar jengah kali ini. Kepalanya menunduk lesu, wajahnya seperti orang kurang tidur, walau faktanya memang begitu.
Masih dengan air wastafel yang menyala, Juan menatap dirinya sendiri dicermin.
"Kau kalah, Juan. Kau selalu kalah.."
"Diam!" Teriaknya pada bayangan dirinya sendiri dicermin.
"Kenapa? Bukanah memang kenyataannya seperti itu. Kau.. takkan bisa mendapat apa-apa selagi Renjana hidup."
"Jangan bawa-bawa dia. Dia memang kesalahan, dan aku.."
"Haha.. kau juga sebuah kesalahan."
"Argh! Sudah ku bilang pergi! Pergi!" Memutar balikan tubuhnya, namun yang ia temukan adalah Shutaro.
"Juan.."
"Sejak kapan kau disini?" Juan menyela.
"Sebelum kau." Sekenanya.
Laki-laki itu berlalu sampai Juan berputar hanya untuk menyaksikan Shutaro menutup keran air dibelakangnya. Padahal, masih bisa ia gunakan untuk mencuci tangannya sebelum akhirnya terdengar lagi suara keran wastafel. Padahal, Juan baru saja membuka mulutnya. Ingin bicara.
Juan tak mau bohong, ia bukan seorang munafik. "Kau.."
"Aku mendengar semuanya." Lantas menoleh, mematikan keran. "Makasih, makasih.. karena bersedia menangkap kembali bajingan itu."
Jujur, meski telah berteman lama. Ia masih sulit menerka apa yang ada dipikiran Shutaro.
Manusia mana yang sanggup tersenyum saat orang tuanya sendiri penyebab semua kekacauan dalam hidupnya?
Dan itu terjadi pada Shutaro.
Jika sejatinya orang tua adalah rumah, maka, apa artinya nama yang ia sebut dengan Ayah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)
Teen Fiction[WP ANGST ] Sanggup baca, silahkan "Dalam hidup aku sudah menjalani hal-hal paling menakjubkan, dan ini kehidupan keduaku." -Renjana Highest Rank achievement : #2 Renjana (25/04/2024) @RENJUN @JISUNG @HAECHAN @JENO @NARA