Realita Menyiksa

32 3 0
                                    

"Ada apa ini? Siapa kalian?" Tanya Raja panik ketika melihat sekumpulan orang mengepung mereka.

"Raja, kita dikepung!" Balas prajurit yang mengawal.

"PANGLIMA LEE!" Teriak Raja saat Panglima Lee siap menyerang dengan pedangnya. "Berhenti. Kita kesini bukan untuk memicu perang, kita datang untuk memulai perdamaian."

"Tapi--"

"Kubilang, turunkan senjatamu!" Panglima Lee pun menurunkan pedangnya.

Raja menatap satu persatu wajah orang yang mengepungnya. "Kutanya sekali lagi, siapa kalian?"

Namun orang-orang itu langsung menyerang barisan Raja tanpa Raja tahu, siapa dan apa motif mereka melakukan itu.

Beruntung Panglima Lee di sana, ia pengawal kepercayaan Raja. Dan Raja percaya kalau ia takkan terluka jika Panglima Lee ada di sisinya.

Orang-orang itu lari tunggang langgang saat sebagian kawanan mereka mati terbunuh.

Kini, perang dimenangkan Raja dari Kerajaan Wang.

"Raja, apa anda terluka?"

"Tidak, Panglima Lee. Aku, baik-baik saja." Balas Raja terus menatap kemana orang-orang itu pergi.

Masih dengan nafasnya yang terengah-engah, Panglima Lee kembali bertanya. "Apa Baginda tahu siapa mereka?"

Pertanyaan itu lantas mengundang perhatian seorang prajurit yang mendengar percakapan mereka. "Ya, sangat tahu."

"Engkau tahu, Raja? Siapa? Biar ku hukum mereka."

"Apa pantas seorang Panglima mengatakan itu? Sudahlah, mari lanjutkan perjalanan kita."

"Maaf, Raja. Mari."

...

"Raja guguuur! Raja guguurr!"

Teriakan itu seakan menjadi senandung mengerikan yang tiba-tiba terdengar oleh seluruh penghuni Kerajaan Wang, Putra Mahkota dan para permaisuri Raja.

"Tidak.."

"Ratu?" Panggil seorang dayang saat menyaksikan Ratunya berjalan keluar ruangan dengan tatapan kosong tak percaya. Berjalan rusuh menuju kamar Putra mahkota yang sudah kosong.

Kemudian kembali memeriksa setiap ruangan hingga ia temukan Putra Mahkota tengah berdiri, menatap kursi sang Raja.

"Putra Mahkota.."

"Ratu.." Putra Mahkota Jisung diam cukup lama. Sampai ia bicara untuk memecah keheningan diantara mereka. "Raja gugur, ya?"

"Dia tidak menepati janjinya padaku."

"Apa maksudmu?" Tanya Ratu.

Seakan ditarik kembali kemasa lalu ketika dirinya masih sangat kecil, saat ia bersama Raja berjalan mengelilingi kerajaan. Raja pernah berkata, kalau ia berjanji akan melihat dirinya tumbuh menjadi laki-laki yang kuat dan hebat

"Putra Mahkota, Raja sudah tiada. Kita harus segera melakukan penobatan untukmu."

Anak laki-lakinya berbalik, namun tumbang seketika dihadapan sang Ibu.

"PUTRA MAHKOTAA!" Ratu berlari menjangkau Putra Mahkota dan memeluknya.

"Tidak! Bangun! Ada apa denganmu? Bangun!"

...

"Kondisi Putra Mahkota Jisung itu berbeda dengan para Pangeran lainnya, ia memiliki kelainan hingga detak jantungnya berdetak sangat lambat."

Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang