One Reason Ubout U

40 5 0
                                    

Setelah jam pelajaran terakhir selesai, Renjana langsung segera mengemasi barang-barangnya ke dalam tas sekolah. Ia sangat bersemangat untuk nanti malam, tentu saja karena ulang tahun Juan. Ia ingin segera memberikan hadiahnya pada Juan.

Meski seringnya anak itu membuang dan tak menerima hadiah dari Renjana, Renjana tak bisa jika ia tak memberikan hadiah saat hari ulang tahun Juan, meski perlu di ingatkan sekali lagi, hadiahnya sering tak di terima sang Adik.

Sorot matahari sore menyinari dia yang hampir selesai dengan acara berkemasnya, kemudian tak lama dari sana. Nara muncul untuk pulang bersama dengan Renjana.

Gadis itu sudah berdiri di hadapan meja Renjana, menggendong tasnya sambil memegangi sekantung telur gulung yang ia bawa dari kantin.

"Mau?"

Renjana melirik. "Oh? Terima kasih, tapi.. mungkin lain kali. Aku harus segera pulang karena hari ini hari ulang tahun Juan." Laki-laki itu berdiri, menyamai tinggi Nara. "Maaf, Nara. Aku nggak bisa antar kamu pulang."

"Bahkan hanya untuk menemaniku makan telur gulung ini?" Nara mempoutkan bibir bawahnya.

"Maaf, Nara. Bagaimana kalau.."

Dan di waktu yang bersamaan, Haikal datang setelah mendapat hukuman karena tidak ada di pelajaran terakhir.

"Haikal saja yang menemanimu makan telur dan pulang."

Laki-laki itu jelas cuman bisa diam mematung di ambang pintu, mendapati dua orang aneh menatap kearahnya.

"Apa?"

🌱

"Daaaaah! Aku pulaaaang!" Renjana melambai tinggi ke atas.

"Hati-hati!" Teriak Nara lagi sama-sama melambaikan tangannya tinggi.

"Haikaaaal! Tolong kau jaga Nara, jangan habiskan telur gulungnya! Dengarkan diaaa!! Jangan membantahnyaa!! Antar Nara pulang dengan selamat!!!"

"Ya! Kenapa kau tidak pergi juga?! Pergi sana dan urus nyawamu sendiri!" Mereka sama saja.

Berteriak tanpa rasa malu di depan gerbang sekolah.

"Berdo'a kalau besok aku masih punya kesabaran menghadapimu." Cicit Haikal berlanjut.

"Hey! Aku mendengarnya. Kalau kau macam-macam dengannya, awas saja!"
Sambil mengepalkan tangan dihadapan wajah Haikal, Nara seolah mengancam. Padahal lucu dan konyol kalau di lihat, sampai Haikal terkekeh karena tingkahnya.

"Jangan banyak bicara, ayo pulang!" Ucapnya berlalu.

"Ya! Haikal!" Langkahnya terhenti begitu mendengar Nara berteriak memanggil namanya. "Aku ingin makan telurnya.."

"Makan saja di rumah." Ia hendak pergi lagi namun kembali berubah pikiran saat Nara bicara.

"Kau mau mati?! Baik! Itu yang kau inginkan, akan aku bunuh kau nanti malam!"

Haikal memejamkan matanya jengah, ia tahu itu hanya ancaman. Tapi entah kenapa, rasanya, malah jadi seperti kutukan kalau Nara yang mengucapkan.

Mau tidak mau ia berbalik sambil tersenyum meski terpaksa, dan hal pertama yang ia dapati adalah Nara yang tersenyum ke arahnya juga dengan penuh kemenangan.

"Jangan tersenyum, kau pemeras!"

Haikal berjalan menggenggam pergelangan tangan Nara yang jauh lebih kecil dari tangannya dan membawa gadis itu pergi dari sana ke suatu tempat.

Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang