Amarah tanda Masalah

16 2 0
                                    

"Ada kata-kata terakhir?" Lantas menyunggingkan senyum.

"Jika membunuhku dapat membuatmu merasa lega, lakukanlah. Namun, seseorang pernah berkata padaku untuk jangan pernah menyesalinya."

"Kau tahu? Orang itu adalah Jaen ho." Lanjutnya, menanggalkan senyuman terakhir paling tulus.

Keyakinan Renjun untuk membunuh luruh, namun dendamnya jauh lebih besar dari apapun.

Dengan senyuman itu, Jisung yang menutup mata pun merasakan jika ada keraguan dalam diri adiknya. Namun, ia tak mau lagi melarikan diri.

"Dikehidupan selanjutnya, tolong.. kembali menjadi adikku."

"Matilah.." ucap Renjun pelan.

Bersamaan dengan kedua air mata mereka yang menetes jatuh kelantai.

"HIAAAAA!!!"

JLEB!!

Pedang bermata dua itu menembus jantung. Darah keluar dari mulut Jisung yang limbung jatuh kelantai yang dingin jika Renjun tak menangkapnya.

"Maafkan aku.." ucap Jisung lirih. Lantas tak lagi bergerak.

Sambil menutup kedua mata Jisung dengan telapak tangannya, Renjun menjatuhkan air matanya pada punggung tangan serta wajah yang terpejam tak bernyawa.

Brak brak brak brak

Kedua orang datang dengan nafas terengah-engah, mereka terlambat. Terlambat menyelematkan semua orang. Terlambat menghentikan Renjun.

Dalam duka yang tak lagi menyiratkan dendam, Renjun mengangkat kepalanya perlahan lantas menatap kedua pasang mata itu.

"Appa.. Panglima Lee.."

Dibelakang mereka ada Seo tae dan Chenle yang sedari tadi bersembunyi saat mendengar adanya keributan. Bukan mereka tak berani mendatangi sumber suara. Hanya saja..

BRAK

"Apa itu?"

Belum sempat Chenle membuka pintu ruangannya hendak memeriksa sumber suara yang terjadi diluar, Seo tae datang menarik tangannya lantas menghalangi pintu dengan apapun.

"Seo tae ada ap--"

"Sssht!"

Ia menutup mulut sang adik, mengangkat jari didepan mulutnya seolah berkata jangan bersuara sedikitpun. Sebab tak lama dari sana, sebuah bayangan nampak berjalan didepan dan berhenti didepan ruangan mereka.

Bayangan itu nampak bersenjata. Terlihat dari benda panjang yang ada digenggaman tangannya. Mereka tidak bersenjata, dan jika mereka ingin hidup, maka jalan satu-satunya adalah sembunyi.

Chenle tidak tahu apapun tentang apa yang terjadi diluar sana. Namun dari raut wajah Seo tae, Chenle simpulkan dari peluhnya laki-laki itu takut bukan main.

Hanya saja ia masih mementingkan orang lain dengan mendatangi ruangan Chenle yang cukup jauh. Daripada berlindung atau melarikan diri menyelamatkan nyawanya.

Bayangan itu tiba-tiba bersuara memecah keheningan diantara mereka.

"Hidup dan pergi dengan bebas."

Bayangan itu pun berlalu, menuju ruangan lainnya yang bisa mereka tebak adalah ruangan singgasana.

"Kita harus menyelamatkan Raja!"

Mereka tak pernah mengira jika suara itu adalah Kakak laki-laki mereka, Renjun. Setelah tak bertemu selama satu tahun.

Akhirnya, dia kembali.

Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang