Pemberontakkan Masalalu

22 3 0
                                    

Para Pangeran tengah berlatih pedang, sedangkan Raja sibuk menangani keluhan diruangannya atas krisis rempah-rempah yang menipis ditengah-tengah wabah yang entah datang darimana pada masyarakatnya.

Ratu berjalan dengan agak tergesa-gesa menuju ruangan Raja diikuti para dayang lainnya. Membuka pintu ruangan Raja dengan agak keras, namun sebagai Raja, Jelas Jisung menanggapinya dengan sangat santai. Tak ada sedikitpun raut wajah bahagia atau apapun seperti yang biasa ia lakukan ketika masih menjadi seorang Putra Mahkota.

Dengan nafas yang masih terengah-engah, Ratu mencoba menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan. "Raja, kau.."

---○●○---

"Seo Tae!" Teriak Chenle dari arah belakang.

Ia berlari, mendekat ke arah kedua Kakak laki-lakinya, memeluk mereka yang tak nyaman karena mereka semua berkeringat setelah latihan.

"Lepas!" Ucap Jae Min.

Anak itu malah cengengesan tidak jelas. "Tidak boleh! Tidak mau!"

"Ck! Kapan kau akan mendengarkanku, huh? Aku itu Kakak laki-lakimu."

Chenle terkekeh, Seo Tae yang ikut mendengar percakapan mereka juga hanya bisa menggelengkan kepala.

"Ayo makan! Aku lapar." Ajak Seo Tae melepaskan rangkulan Chenle dan berjalan lebih dulu dari mereka.

"Siapa yang datang terakhir harus rela jatah makannya di ambiiil!!" Teriaknya kesenangan, sembari kabur setelah berhasil menepuk tengkuk kepala Seo Tae yang telah berjalan lebih dulu dari mereka.

"YAAK!"

---○●○---

"Aku tidak tahu apa yang kalian inginkan." Keluh Tuan Jun menghela nafas sambil menyanggah kedua tangannya pada pinggang. Sedangkan dua orang di hadapannya malah terlihat tidak merasa bersalah.

"Tolong pergi dari lingkungan rumahku sampai anakku lahir nanti."

"Hey! Tuan Jun--"

"Aku tidak pernah meminta lebih, Nara!" Celah Tuan Jun untuk pertama kalinya pada Nara.

Laki-laki berumur itu memang tidak pernah meninggikan suara pada Nara, dan entah karena apa, tiba-tiba saja ia jadi sangat sensitif setelah kehilangan anak pertamanya. Orang-orang bilang anaknya masih hidup, tapi tidak tahu sekarang dia dimana.

"Dan kau.." sembari menatap Renjun penuh syarat. "Bukan aku tidak menghargai dirimu sebagai Pangeran, aku hanya tidak ingin berurusan dengan kerajaan ini lagi."

Renjun yang sedari tadi diam saja mendadak bingung, Nara pun.

"Cukup.. sudah cukup kerajaan mengambil dia dariku."

Dia? Dia siapa?

"Oleh karena itu.." Tuan Jun membungkukkan tubuhnya lama. "Jauhi keluargaku, kumohon."

---○●○---

"Apa kau sudah dengar?" Tanya Seo Tae saat baru saja ia tiba di meja makan.

"Tentang apa?" Chenle menanggapi.

Jae Min menoleh namun hanya sebentar, kemudian kembali memakan makanannya.

Dunia Renjana-Renjun (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang