Terima kasih teman-teman yang mau menyempatkan baca cerita ini^^
Jangan lupa vote dan komennya, oke????
Happy reading!😁
***
Empat bulan yang lalu...
Fania menjalani hari seperti biasa. Bangun tidur jam lima pagi, melakukan yoga−hanya kalau sedang tidak malas saja−selama tiga puluh menit, membuat jus dari buah segar, mandi, lalu berangkat ke butik. Fania bekerja seperti biasa. Merancang busana, bertemu klien, dan mengurus butik dengan empat pegawainya yang lain.
Hari ini, selepas makan siang dengan Dinda, Fania tidak kembali ke butik karena ada jadwal medical check up rutin di rumah sakit. Dari seluruh rangkaian check up, mulai dari awal hingga selesai, tak ada kendala apa pun. Semua lancar dan Fania bisa kembali besok untuk mengambil hasil medical check up-nya.
Fania berjalan dengan santai di lorong rumah sakit. Ia sudah mewanti-wanti Dinda bahwa asistennya itu bisa menutup butik lebih awal karena Fania akan langsung pulang ke apartemen.
Lalu, waktu seolah-olah mendadak berjalan begitu lambat saat Fania tak sengaja melihat bertemu pandang dengan seorang laki-laki yang berjalan berlawanan arah darinya. Bukan, bukan karena Fania terpesona karena sosok itu hingga ia lupa cara berpikir dan bernapas. Namun, karena sosok itu tidak asing.
Saat hanya tersisa jarak beberapa langkah, Fania tanpa sadar menggumamkan lirih nama seseorang yang sudah lama sekali pergi dari hidupnya.
"Dito?"
"Fania?"
Dan sosok itu membeliakkan mata karena keterkejutan yang sama.
Selama beberapa detik Fania hanya memandangi laki-laki dewasa yang mengenakan sneli putih bersih dengan name tag bertuliskan 'dr. Dito Subagja' itu dengan sorot tak percaya.
Masih dengan keterkejutan yang belum sirna, Dito memangkas jarak hingga mereka berdiri berhadapan lebih dekat dan bisa saling membaca ekspresi di wajah satu sama lain dengan lebih leluasa.
"Is this really you, Fania?"
Fania mengangguk. Ia masih terperangah karena sosok Dito yang dulu kurus kini telah menjelma menjadi laki-laki dewasa yang bertubuh tegap. Fania tahu bahwa tak seharusnya ia salah fokus−menilai penampilan Dito dari ujung kepala hingga kaki.
Bagi seorang Fania yang sudah menjomlo selama lebih dari tiga tahun, sangat sulit baginya untuk menutup mata saat ada laki-laki dewasa yang terlihat sangat matang berdiri di depannya dalam jarak yang begitu dekat. Fania bahkan sudah hampir melayang saat hidungnya dengan liar mengendus aroma lelaki di depannya. Berusaha menebak parfum dan sabun apa yang dipakai laki-laki itu hingga sudah sesore ini masih begitu segar dan wangi. Fania jadi pengen ndusel!
"You look so ... different, Dit," ucap Fania dengan sedikit terbata setelah berusaha keras menguasai diri. Beruntungnya Fania karena Dito tidak memergoki dirinya hampir ngiler.
Dito tertawa.
"Oh My God. I can't believe it. Ini beneran Fania tetangga sebelah rumah yang usil banget itu? You look so fine, Fania."
Tawa kecil itu menyapu gendang telinga Fania dengan lembut. Hormon kurang ajar! Sisi dirinya yang sudah lama kesepian itu meronta-ronta.
Namun, jangan salahkan Fania jika di saat seperti ini ia tetap bisa merasa besar kepala karena bisa melihat binar kagum di mata Dito saat menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH KONTRAK [TAMAT]
RomanceJangan lupa follow dulu sebelum membaca^^ . . Belum genap satu bulan menikah, Fania Sasmito dan Dito Subagja memutuskan untuk pisah kamar. Bukan tanpa alasan. Pernikahan yang tidak mereka kehendaki itu menyiksa batin dan mereka memilih untuk tidak t...