08. Surat Kontrak

5K 305 16
                                    

Jangan lupa vote dan komen yang banyak~~

And happy reading 😁

***

Sudah seminggu Fania dan Dito tinggal bersama. Barang-barang milik Fania sebagian masih bertumpuk-tumpuk di sudut apartemen. Ia maupun Dito belum benar-benar sempat untuk membereskannya karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Kamu bisa masak?" Dito iseng bertanya saat mereka berdua sedang menghabiskan sarapan.

Fania menyeka ujung bibrinya dengan tisu.

"Bisa. Masak yang gampang-gampang aja. Tapi aku lebih suka makan di luar, jadi kamu nggak usah berharap akan aku masakin."

Dito berdecak malas. "Aku cuma tanya aja, Fan."

"Lagian aku juga nggak sempat dan nggak sanggup masak. Kita berdua juga sama-sama sibuk sama kerjaan masing-masing. Hampir sebagian besar waktu kita pun udah habis di tempat kerja."

Dito mengangguk-angguk mendengar penjelasan Fania. Sisa waktu sarapan mereka habiskan dalam diam. Fokus dengan makanan di depan mereka masing-masing.

"Kamu mau ke mana?" tanya Fania saat Dito beranjak pergi dari pantri setelah menyelesaikan sarapan.

"Tidur," jawab Dito singkat.

Laki-laki itu sudah akan kembali melangkah, tetapi tak jadi. Karena Fania menahannya.

"Dit, kamu tuh abis olahraga langsung sarapan loh tadi. Ini juga baru jam delapan pagi dan kamu mau tidur lagi? Are you kidding?"

Dito menguap lebar.

"Aku ngantuk dan capek banget. Dua minggu terakhir ini aku kurang tidur, Fan. Nah, sekarang, mumpung hari ini aku nggak ada kegiatan apa-apa, aku mau pakai buat istirahat sepuasanya. Please?"

Fania geleng-geleng kepala. "Ya paling enggak mandi dulu, Dit. Jorok banget sih kamu."

"Nanti aja abis bangun tidur, oke?"

"Dit, tunggu. Sebelum kamu tidur lagi, aku mau ngomong sesuatu. Penting."

Mata Dito menyipit. Ia memandangi Fania dengan tatapan curiga. Seperti mulai menerka-nerka, kira-kira apa lagi yang akan Fania perbuat untuk membuat kepalanya pusing.

"Soal kamar. Kita udah tidur sekamar selama seminggu. Inget kan?"

"Iya. Kenapa?" Dito kembali duduk.

"Kita pisah kamar aja, ya? Aku rasa aku butuh waktu lebih buat bisa membiasakan diri dengan nggak tidur sama kamu dulu."

Dito tertawa kering dan terdengar agak sinis. Menertawakan kisah hidupnya yang sedang tidak terlalu menyenangkan. Terlebih setelah menikahi Fania.

"Aku nggak paham kenapa kamu melakukan ini, Fania. Baru tiga hari yang lalu kamu maksa aku buat tidur sama kamu. Kamu juga bela-belain nyamperin aku ke rumah sakit buat makan bareng. Aku pikir kamu lagi berusaha buat beradaptasi dengan status baru kita, tapi sekarang kamu minta pisah kamar?"

"Dit, itu bukan berarti aku udah benar-benar nyaman sama kamu, kan? Kamu juga setuju kita coba tidur sekamar selama satu minggu aja. Sebelumnya kamu juga bilang kalau kamu memahami pilihanku. Kamu sendiri yang udah nawarin buat bersihin kamar tamu buat aku tempatin."

"Fine. Terserah kamu. Sekarang aku butuh tidur."

Dito sudah tidak mau bersusah payah mendebat. Fania yang ia kenal selama tujuh hari tinggal seatap adalah sosok yang sangat pemaksa dan keras kepala. Dito sadar kalau ia akan kalah melawan kekeraskepalaan Fania. Lebih tepatnya, Dito sedang malas mendebat karena memang percuma saja bersilat lidah saat lawan bicaranya adalah Fania.

NIKAH KONTRAK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang