07. I'll Give You My Body, Not My Heart

6.6K 334 17
                                    

⚠️Warning⚠️ Bab ini ada adegan 🔞, silakan di-skip kalau nggak nyaman yaa🙏🏻

 Jangan lupa vote dan komen yang banyak!!!

Happy reading 😁

***

Saat terbangun keesokan harinya, Fania sendirian di kamar. Sisi tempat tidur yang ditempati Dito sudah dingin. Fania sudah hampir mengira kalau semalam Dito tidak tidur di kamar karena tak mau dekat-dekat dengan dirinya yang bertingkah menyebalkan. Namun, saat wanita itu meraih ponsel di atas nakas ia menemukan selembar sticky note berwarna kuning jatuh ke lantai.

Dito meninggalkan sticky note untuk dirinya. Mengabarkan kalau laki-laki itu mendapat panggilan darurat dari rumah sakit dan kemungkinan akan langsung futsal setelah pulang kerja.

"Futsal mulu perasaan," gerutu Fania sambil menguap lebar, kemudian merenggangkan badan.

Sejujurnya, begitu membuka mata, Fania merasa sangat buruk karena sikapnya semalam terhadap Dito. Ia benar-benar istri yang payah. Sedikit-sedikit emosi dan terbawa perasaan. Melampiaskannya kepada Dito hingga membuat laki-laki itu kebingungan akan sikapnya. Dan kemudian Fania akan segera menyesal setelah bisa berpikir jernih. Selalu saja begitu. Tak mau membiarkan masalah berlarut-larut, Fania buru-buru mengetikkan pesan untuk Dito. Ia meminta maaf atas sikapnya yang terlalu bitchy.

Pesannya terkirim, tetapi tidak terbaca hingga Fania berangkat kerja.

Saat Fania menginjakkan kaki di ruang kerja  yang berada di lantai dua, Fania mendapat kejutan yang membuatnya mematung di deoan pintu. Memandangi layar ponselnya yang menyala redup dengan mata melebar. Ada satu email masuk ke email pribadinya. Sebuah pesan berisi tiga kalimat pendek dari mantan pacar terakhirnya.

Fania mengedipkan mata berkali-kali. Seperti tengah memastikan kalau apa yang ia baca benar-benar nyata. Bukan hanya halusinasi semata. Jantung Fania seperti dipaksa untuk bekerja lebih keras.

Padahal baru semalam ia mengingat tentang mantan pacarnya karena obrolan singkatnya dengan Puspa di telepon. Dan sekarang, orang yang sejenak mampir di pikirannya semalam itu sudah kembali muncul.

Ferdi kembali ke Indonesia. Ferdi ada di Jakarta. Dan laki-laki itu mengajak bertemu.

"Nggak, pasti dia nggak serius. Dia cuma basa-basi aja, Fan," ucap Fania kepada dirinya sendiri sambil menepuki pipinya hingga memerah. "Sadar, Fania. Dia udah bukan siapa-siapa lo lagi. Dan lo udah nikah. Lo punya suami."

Fania menggumankan kata-kata itu sebagai mantra. Namun, sulit mengabaikan getaran yang muncul kembali di dadanya. Fania sudah lama melupakan itu. Fania tidak ingat kalau ia pernah merasakan itu. Dan saat rasa itu hadir kembali, Fania gusar setengah mati.

"Gue nggak mungkin masih suka sama Ferdi. Gue udah move on." Fania meyakinkan dirinya sendiri. "Ferdi udah ninggalin lo, Fan. Nggak perlu lo pikirin si berengsek itu."

Namun, Fania tidak bisa. Setelah kemarin dilanda kecemasan karena Puspa, hari ini ia dipusingkan oleh email sialan dari Ferdi hingga nyaris pecah kepalanya. Padahal ia sudah sekeras mungkin mengenyahkan Ferdi dari pikirannya. Tetapi justru semakin sering bayangan Ferdi memenuhi kepala.

Di samping itu, Fania merasa seperti sedang 'berselingkuh' dari Dito meski hanya sebatas membayangkan laki-laki lain.

Sore harinya, saat Fania siap-siap pulang, Ferdi kembali mengirimkan email untuknya. Laki-laki itu meminta Fania untuk membuka blokir nomor ponselnya.

Fania kembali duduk. Ia menopang kepala yang terasa berat dengan kedua tangan. Ekspresi di wajahnya agak mendung. Ia baru saja menyadari kalau kemungkinan selama ini ia tidak benar-benar move on. Ia hanya dipaksa untuk lupa sejenak. Saat laki-laki itu kembali hadir, rasa itu kembali menguat dan Fania tidak yakin bisa menahannya.

NIKAH KONTRAK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang