11. Mixed Feeling

3.2K 267 6
                                    

Terima kasih teman-teman yang masih mau menyempatkan baca cerita ini^^

Jangan lupa vote dan komen yaaa
Biar aku lebih semangat update, sekarang pake target komen sebelum aku update bab selanjutnya yaaaa.. minimal 10 komentar aja kok😁 Bisa, kan?

Happy reading!!!!

***

 Fania tidak tahu ia berhak kecewa atau tidak ketika Dito bukan hanya terlambat untuk datang ke acaranya, melainkan tidak muncul hingga acara selesai.

   Selama acara berlangsung, Fania sibuk mengurusi para model yang tampil di acara fashion show. Namun, di sisi lain Fania juga menunggu-nunggu kedatangan Dito. Fania sudah mempersiapkan diri sejak awal, bahwa ia memiliki niat untuk mengenalkan Dito kepada rekan kerjanya dan menunjukkan 'dunianya' kepada Dito. Sudah Fania bilang kalau ia akan berusaha keras dalam pernikahannya dengan Dito, bukan?

Apakah Fania salah jika ia merasa tidak dihargai? Karena lagi-lagi, Dito tak memberi kabar sama sekali. Padahal malam sebelumnya Dito sudah mengonfirmasi kalau dirinya akan datang. Fania sudah mencoba menghubungi Dito, tak hanya sekali, tetapi tidak ada respons. Baru saat menjelang tengah malam, Dito mengabari kalau ia terjebak dalam keseruan reuni dadakan dengan teman-temannya hingga lupa mengecek ponsel.

"I'm so sorry, Fania," sesal Dito untuk yang ketiga kalinya.

"Nggak perlu minta maaf, Dit," jawab Fania sambil meneguk minuman beralkohol dari gelasnya yang ke sekian. Ia sudah cukup mabuk tetapi tak bisa berhenti minum.

Acara hari ini sukses besar. Dan sebagai perayaan, salah satu model yang berpartisipasi di acara fashion show itu langsung mem-booking salah satu kelab elit. Fania tak mau melewatkannya. Dan di sinilah dirinya sekarang. Berkutat dengan minuman beralkohol untuk merilekskan tubuh setelah berminggu-minggu bekerja keras untuk acara tadi.

"Kamu sekarang masih di lokasi? Aku jemput ke sana, ya?" Dito kembali bersuara. Masih dengan nada sesal yang tersirat dalam suaranya.

"Nggak usah, Dit. Acara udah kelar dari tadi. By the way, kayaknya aku nggak bisa balik ke apartemen malam ini."

"Fan, kamu boleh marah sama aku, karena aku berhak ngedapetin itu. Tapi aku nggak suka kalau caranya kayak gini."

Fania terkekeh. Ia menyugar rambut panjangnya yang hari ini gerai ke belakang. Menyingkirkan anak rambut yang jatuh menutupi wajahnya dengan sia-sia dan malah membuatnya menjadi berantakan.

   "Dit, aku nggak marah sama kamu. Ngapain? Kamu nggak salah apa-apa. Aku nggak bisa pulang soalnya aku lagi nggak bisa nyetir. Aku mau nginep hotel deket-deket sini aja nanti—

"Fania, wait. Kamu lagi di mana sekarang? Please don't tell me you're drunk?!" Suara Dito meninggi.

Lagi-lagi Fania meloloskan kekehan. "Aku nggak mabuk. Cuma minum dikit nggak bikin mabuk, kok."

"Astaga, Fania," geram Dito. "Kirim alamatnya sekarang! Dan jangan pergi ke mana-mana sebelum aku sampi sana! Ngerti?"


***


Dengan susah payah Dito menerobos keramaian untuk naik ke lantai dua melewati tangga yang juga berjubelan banyak orang. Dito tak pernah sekali pun membayangkan akan masuk ke sebuah kelab malam hanya untuk menjemput istrinya yang sedang mabuk. Sama sekali bukan hal yang menyenangkan baginya. Untung saja Dito bisa dengan mudah mengenali sosok Fania meski dengan cahaya yang agak redup. Wanita itu duduk sendirian bertemankan segelas minuman di tangan.

NIKAH KONTRAK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang