Halooo~ Jumpa lagi sama pasangan nyebelin🤣
Seperti biasa, jangan lupa vote dan komennya~~~
Happy reading~~~
***
Menyakitkan sekali saat ia tidak tahu harus berbuat apa. Berkali-kali Dito meyakinkan diri bahwa Fania tidak berselingkuh dengan diam-diam menemui Ferdi tanpa sepengetahuan dirinya. Bahwa foto-foto yang dikirimkan kepadanya itu hanya rekayasa teknologi yang sudah maju. Bukankah sekarang mudah mengedit sebuah foto hingga terlihat begitu nyata, tanpa terlihat ganjal sama sekali?
Dito mengurut pelipisnya yang menegang. Benar. Ia tidak boleh berburuk sangka kepada Fania sebelum mengonfirmasi kebenaran yang sesungguhnya. Walaupun Fania sering membuatnya sakit kepala, Dito percaya bahwa Fania tidak akan sampai tega menyakitinya dengan sengaja. Fania bukan wanita jahat yang akan melakukan hal seburuk itu. Dito masih boleh percaya, bukan? Dan hal pertama yang harus ia lakukan adalah meminta seorang profesional untuk memeriksa keaslian foto itu. Karena ia tidak akan bisa menghadapi Fania dan berhadapan langsung dengan wanita itu jika kepalanya masih penuh dengan asumsi-asumsi yang membuatnya nyaris gila.
"Selamat siang, Dokter Dito. Maaf, Dok, ini sudah jam satu," ucap salah seorang perawat yang tahu-tahu muncul di sela-sela pintu ruangan Dito yang setengah terbuka. Menyadarkan Dito bahwa waktu istirahat sudah habis dan sudah waktunya untuk visite pasien.
"Lima menit lagi ya, Sus," jawab Dito sambil tersenyum ramah.
"Baik, Dok. Saya tunggu di luar."
Setelah perawat muda itu menghilang di balik pintu, Dito mengambil napas dalam-dalam. Ia tidak akan membiarkan perasaannya mengambil alih saat ini. Walaupun sulit, ia harus tetap berpegang pada logika. Ia masih harus tetap menjaga kewarasannya, setidaknya untuk sisa harinya di rumah sakit sampai sore nanti.
Dito merapikan mejanya yang berantakan. Memasukkan kembali foto-foto yang menyebabkan kepalanya hampir meledak itu ke dalam amplop, lalu menyimpannya di laci. Kardus permbungkusnya ia lemparkan ke dalam tempat sampah.
Dito keluar tidak sampai lima menit kemudian, sudah mengenakan sneli dengan rapi, dan membawa stetoskop yang ia kantongi di saku sneli. Di tangannya tergenggam sebungkus plastik berisi makan siang yang tidak sempat ia makan.
"Ada yang belum makan siang hari ini?" tanya Dito kepada perawat dan beberapa dokter magang yang sudah menunggunya untuk visite pasien.
"Galang, Dok," tunjuk perawat yang tadi ke ruangan Dito sambil tersenyum. "Tadi dia disuruh Dokter Maria buat belajar pasang infus yang benar sampai lupa waktu dia."
Dito menarik senyum maklum di bibir. "Terus gimana hasilnya, Lang? Udah mahir pasang infus sekarang?"
Yang ditanya langsung nyengir malu dan menganggguk dengan begitu percaya diri.
"Good, kalau udah yakin bisa, hari ini praktik ya," kata Dito yang langsung membuat si anak magang gelagapan.
Sementara dua anak magang lainnya memprotes karena iri—yang tentu saja hanya ditunjukkan melalui lirikan dan pelototan mata. Dito menahan senyum ketika melihatnya. Mengingatkan dirinya bertahun-tahun yang lalu saat masih magang.
"Oh ini, buat kamu, Lang." Dito kemudian menyodorkan sebungkus plastik berisi makan siangnya kepada Galang. "Dimakan dan harus dihabisin ya. Tapi nanti habis visite pasien, jangan sekarang," candanya, yang selalu berhasil melunturkan ketegangan dan kecanggungan dengan para dokter magang yang masih sangat muda-muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH KONTRAK [TAMAT]
RomanceJangan lupa follow dulu sebelum membaca^^ . . Belum genap satu bulan menikah, Fania Sasmito dan Dito Subagja memutuskan untuk pisah kamar. Bukan tanpa alasan. Pernikahan yang tidak mereka kehendaki itu menyiksa batin dan mereka memilih untuk tidak t...