13. Complicated

3.2K 273 19
                                    

Belasan panggilan tak terjawab dan beberapa pesan masuk dari Dito memenuhi layar pemberitahuan saat Fania mengecek ponselnya beberapa menit setelah ia membuka mata.

Bapak Subagja
Kamu di mana?
Aku tahu kamu nggak balik ke rumah orang tua kamu
Kalau kamu nggak mau mereka khawatir, sebaiknya kamu pulang sekarang
Kirim lokasi kamu sekarang, Fania!
Aku jemput
Please bales chat aku, Fan! Kamu di mana?!

Fania menyalahkan hormonnya yang meletup-letup hingga membuatnya nyaris kembali meneteskan air mata hanya karena membaca sederet pesan dari Dito. Fania membenci keadaan saat di mana ia mulai menjadi lemah karena seorang laki-laki. Ia yang selalu ceria menjadi sedemikian mudah tak berdaya hanya karena seorang laki-laki. Dan Fania tidak tahu bagaimana cara menghentikannya. Pdahal, Fania sudah begitu yakin bahwa dengan berbekal surat kontrak, hubungannya dengan Dito akan menjadi mudah. Namun, kenapa malah menjadi begini? Kenapa dirinya menjadi sangat perasa seperti ini?

Fania mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak akan ia biarkan air matanya kembali jatuh setelah semalam ia habiskan hingga pagi ini matanya terasa sangat berat untuk terbuka.

Ia berhenti memandangi layar ponselnya yang mulai meredup dan beberapa saat kemudian menggelap. Pesan dari Dito ia biarkan tak terbaca. Fania keluar dari kamar untuk mencari Puspa setelah ia mencuci muka di kamar mandi. Ia menemukan Puspa di dapur sedang berkutat dengan adonan di sebuah loyang.

"Dasar kebo. Jam segini baru bangun? Gue jadi kashian sama suami lo karena terjebak sama istri pemalas," ucap Puspa sebagai ucapan selamat pagi.

"Good morning, too," Fania menimpali dengan nada sinis dibuat-buat. "Gue nginep di sini sampai beberapa hari ke depan, ya, please?"

Puspa mengerutkan alis. Tampaknya tak begitu menyangka kalau Fania akan mengucapkan itu. Namun, ia juga tak punya alasan mengsuir Fania dari apartemennya.

   "Terserah lo aja. Tapi emangnya lo nggak dicariin laki lo?"

Fania tersenyum kecut. "Gue nggak siap ketemu Dito."

   "Lo bisa tinggal di sini selama yang lo butuh." Puspa menghentikan kegiatannya menguleni adonan dan menatap Fania lekat-lekat. "Tapi gue rasa lo juga harus ngabarin suami lo. Kecuali lo yakin kalau laki lo nggak sampai nekat lapor polisi karena istrinya kabur dari rumah."

"Gue harus ngomong apa kalau ketemu Dito?"

Puspa bersedekap.

   "Sekarang lo kasih tahu gue sejujur-jujurnya. Lo mau korbanin pernikahan lo yang walaupun masih seumur jagung ini demi mantan pacar berengsek kayak Ferdi yang kemungkinan bakal nyakitin lo lagi di kemudian hari? Atau lo pilih buat minta maaf ke Dito dan kalian akan berusaha lebih keras lagi buat mempertahankan pernikahan kalian yang lebih layak buat diperjuangkan?"

Fania membisu di tempat.

Puspa memberikan tatapan penuh pengertian pada Fania saat lanjut berkata, "Sebagai salah satu orang yang peduli sama lo, gue mau lo mikir mana yang layak lo perjuangkan dan kasih kesempatan. Gue nggak mau lo menyesal."

Fania sudah tahu mana yang menjadi pilihannya. Lubuk hatinya yang terdalam sudah mantap memutuskan. Namun, mengambil tindakan yang nyata adalah lain hal.

"Lo punya waktu dari pagi sampai sore ini buat mikir sambil kompres mata lo. Lo nggak mau dateng ke reuni dengan mata bengkak, kan?"

"Oh shit, reuni!" Fania mengerang. Teringat sebelum bertengkar dengan Dito, ia sempat menyinggung soal reuni. "Gue skip. Gue nggak bisa nongol di acara reuni tanpa Dito, Pus," cetusnya.

NIKAH KONTRAK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang