19. Not So Romantic Date

3.1K 272 17
                                    

Awalnya Dito berniat membawa Fania ke restoran fancy untuk makan malam di daerah Senopati yang menyediakan menu makanan Prancis. Restoran tersebut merupakan restoran fine dining yang cukup mewah. Itulah mengapa Dito mengenakan setelan jas rapi dan Fania mengenakan dress. Namun, Dito terpaksa membatalkan reservasi karena sudah tidak memungkinkan datang ke sana saat Fania terlihat agak 'berantakan'. Make up-nya memang tidak luntur, tetapi matanya bengkak dan memerah karena terlalu banyak memproduksi air mata. Jas yang dikenakan Dito pun tidak tertolong karena basah oleh air mata dan ingus saat Fania berada dalam pelukannya.

"Dit, look at us. Kita udah dress up rapi gini masa nggak jadi makan di luar?"

"Kamu nggak masalah keluar dengan mata bengkak gini? Kalau nggak masalah ya nggak papa. Aku cuma nggak mau kalau kamu nggak nyaman."

Fania berpikir sejenak lalu mendesah. "Ya udah deh, pulang aja."

"Kita bisa makan di luar lain kali. Masih banyak waktu," kata Dito kepada Fania yang tampak kecewa karena tidak jadi pergi.

"Weekend besok kita nginep di rumah Ibu gimana?" ajak Fania kemudian sambil menyusut sisa-sisa ingus dari hidungnya menggunakan tisu.

"Kenapa tiba-tiba pengen nginep di rumah Ibu?"

Kening Dito berkerut karena bingung dengan ajakan Fania yang terkesan mendadak. Pasalnya beberapa waktu lalu mereka berdua sudah sempat berdiskusi dan sepakat bahwa cukup dua minggu sekali bergantian mengunjungi orang tua mereka. Ya, hanya berkunjung saja tanpa ada agenda menginap.

"Nggak tiba-tiba sih. Aku malah sebenernya pengen tinggal sama Ibu."

Dito langsung tertawa hambar. Merasa bahwa pernyataan Fania barusan adalah hal yang sangat tidak masuk akal.

"Kamu pasti bercanda. Kamu tinggal sama aku aja banyak pertimbangan lho, Fan. Kalau tinggal sama Ibu, kamu nggak akan sebebas waktu tinggal sama aku."

Fania memberikan tatapan serius kepada Dito. "Aku nggak bercanda, Dit."

"Kita nggak akan tinggal sama Ibu, Fan."

"Tapi Dit, aku nggak tega ninggalin Ibu sendirian."

Dito tersenyum tipis. "Aku ngerti maksud kamu. Tapi Ibu juga nggak akan suka kalau kita memutuskan tinggal bareng Ibu hanya karena Ayah udah nggak ada. Buakn berarti aku nggak mau nemenin Ibu. "

"Kalau gitu kita berdua usahain buat lebih sering nginep di rumah Ibu aja. Gimana?"

"Kenapa kamu ngebet banget pengen sering-sering ketemu Ibu, sih? Kamu punya agenda terselubung yang nggak aku tahu?"

Fania langsung mencibir. "Agenda terselubung apaan? Nggak lah. Aku cuma mau ngehabisin waktu lebih banyak sama Ibu. Mau belajar masak juga. Aku udah sempet bilang sama Ibu kok."

Mata Dito menyipit. "Kamu? Belajar masak?"

"Kenapa ngeliatin aku sampe segitunya sih? Nggak percaya kalau aku niat belajar?"

"Kalau emang serius mau belajar, kenapa nggak kursus masak dari basic aja?"

Fania berdecak. "Kalau kursus harus ngeluangin waktu di hari kerja. Nah, waktunya itu yang nggak ada, Dit. Kalau sama Ibu kan bisa disela-sela waktu libur. Bisa belajar kapan aja."

"Kenapa kamu tiba-tiba pengen belajar masak?"

"Emangnya aku nggak boleh belajar hal-hal yang aku belum bisa?"

Dito terkekeh. "Nggak usah sinis gitu kali, Fan. Aku cuma tanya. Kali aja ada alasan khusus yang mendorong kamu buat belajar."

Fania mengendikkan bahu. "Buat bekal bertahan hidup?"

NIKAH KONTRAK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang