Black Galacticos.

35.3K 2.3K 45
                                    


"Ini baju lo kenapa jadi acak-acakan gini sih Violence? Perasaan tadi gak gini?"heran Naura yang baru saja berteriak keras memanggil Violence hingga Violence menghampiri nya dengan tergesa-gesa dan nafas yang terputus-putus sambil sedikit merapika...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini baju lo kenapa jadi acak-acakan gini sih Violence? Perasaan tadi gak gini?"heran Naura yang baru saja berteriak keras memanggil Violence hingga Violence menghampiri nya dengan tergesa-gesa dan nafas yang terputus-putus sambil sedikit merapikan seragamnya yang dibuat acak-acakan karena Brayen.

Brayen tengah merajuk kesal karena lagi-lagi ada yang menganggu kegiatannya. Ia menyuap nasi goreng itu dengan kesal sambil terus komat-kamit mengeluarkan segala unek-unek dalam hatinya.

"Eee Ra, ayo kita pulang. Lo tau kan kerjaan gue masih banyak."bisik Violence pelan.

Seolah baru mengingatnya, Naura sontak kaget. "Oh iya, ayo pulang."ajaknya menarik tangan Violence pelan.

"Lex kita pulang dulu ya, ada yang perlu di selesaikan."ucap Naura mampu membuat Alex mengerti.

"Yaudah hati-hati, Brayen udah tau lo mau pulang?"tanya Alex lagi.

Brayen tiba-tiba keluar dari arah dapur dengan wajah kesalnya membuat Violence rasanya ingin tertawa kencang.
"Sayang, gue pulang dulu ya."pamit Violence.

"Kalau ada apa-apa telpon gue."jawab Brayen malas lalu melemparkan tubuhnya di atas sofa besar di depan televisi.

"Kenapa dah si Brayen tiba-tiba badmood, perasaan tadi gak gitu."heran Alex.

"Gara-gara cewek lo sialan."kesal Brayen membuat Naura menganga tak percaya.

"Kok gue? Perasaan gue gak ngapa-ngapain?"tanya Naura.

"Au ah males."jawab Brayen lesu.

Violence yang tadinya mati-matian menahan tawanya kini terlepas, ia tertawa puas melihat kekesalan Brayen.
"Udah ah, ayo Ra kita pulang."ajak Violence berjalan keluar basecamp dengan Naura dibelakangnya.

Violence tidak mengendarai mobilnya kali ini, ia hanya membawa motor sport dengan Naura dibelakangnya. Violence melaju cepat meninggalkan kawasan basecamp itu.

"Ra, gue ambil jalan pintas ya, biar cepet nyampe."usul Violence.

"Gue sih terserah lo aja."jawab Naura yang kini sudah terbiasa di bonceng Violence dengan kecepatan setinggi itu.

Violence akhirnya mengambil jalan pintas yang menurutnya jauh lebih cepat untuk sampai ke rumahnya. Mengingat pekerjaan nya begitu menumpuk hingga membuatnya harus menyelesaikan semuanya dengan cepat.

Namun sepertinya jalan yang Violence pilih adalah jalan yang salah. Ada segerombolan geng motor yang diperkirakan sekitar 50 orang sedang berkumpul dan berbincang-bincang disana.
"Aduh mampus kita Ra, gimana lewatnya? Tuh jalan hampir penuh Ra. Ini sih markas mereka."bingung Violence.

"Gimana kalau muter balik aja? Gue bukannya takut. Tapi mereka banyak banget Violence, sedangkan kita cuman berdua. Kemungkinan kita menang kalau berantem dikit banget."keluh Naura.

VIOLENCE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang