Bad destiny.

19.2K 1.5K 172
                                    


Hari demi hari berlalu begitu cepat tanpa terasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari demi hari berlalu begitu cepat tanpa terasa. Namun Johannes tetap tak mengizinkan Daniel maupun Violence untuk bersekolah. Mereka masih di jaga ketat oleh para bodyguard nya. Rasanya mereka seperti tahanan saja.

Sore ini Violence kesal setengah mati. Ia ingin Naura tetap di kamarnya dan menemaninya, namun Naura malah di jemput Alex untuk malam minggu bersama. Rasanya Violence tak bisa berhenti mengumpat.

Ia duduk seorang diri di balkon kamarnya, sambil menatap ke arah luar. Pikirannya tertuju pada Brayen sepenuhnya. Sudah seminggu lebih ia tak bertemu Brayen, jika ada kata rindu yang mampu mengungkapkan kerinduan yang Violence rasakan, maka ia akan meneriakkan kata itu pada Brayen ratusan kali.

Sejak Naura berpamitan pergi tadi, Violence masih duduk tenang disana. Ia berniat menikmati sunset, namun nyatanya rumahnya di kelilingi tembok besar. Menghalangi pemandangan saja.

Violence mencoba mencari kesibukan sendiri, seperti membaca buku juga yang lainnya hanya untuk mengulur waktu saja.

Sang malam datang tanpa di tunggu kehadirannya, Violence berdecak kesal karena bosan di kamar saja, apalagi Naura tak kunjung pulang sedari tadi sore. Apa yang bisa Violence lakukan di kamar ini, tidak ada apapun. Rasanya membosankan sekali.

Violence dikagetkan saat ada seseorang yang memaksa masuk lewat balkon kamarnya, bisa dipastikan orang itu benar-benar memanjat pagar rumahnya dan naik ke atas balkon kamar Violence.

Violence bergerak pelan, mencoba meraih satu pistol di didekatnya. Tangannya terangkat, siap menembakkan peluru itu.

Brak!

Pintu balkon Violence terbuka secara paksa, menampilkan seorang pria dengan topi dan masker yang menutupi wajahnya, berpakaian serba hitam hingga Violence rasanya tak bisa mengenalinya.
"Kalau lo maju selangkah aja, gue jamin peluru ini bakalan nembus jantung lo!"tegas Violence lantang. Kamar ini kedap suara, Violence juga meminta agar cctv kamarnya dimatikan. Lalu bagaimana dengan yang terjadi sekarang.

Pria itu benar-benar berhenti di tempatnya. Melepaskan topi dan maskernya, lalu mengangkat kedua tangan nya seolah merelakan dirinya di tembak oleh Violence.

Violence terpaku, mulutnya sedikit terbuka karena kaget. Pistol di tangannya terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai.
"Lo mau tembak gue kan? Ayo?"ucap pria itu menantang. Seolah tak punya ketakutan sama sekali.

"B-brayen?"syok Violence membuat Brayen akhirnya berani mendekati Violence. Bukan hanya mendekati namun memeluk tubuh Violence begitu erat seolah melepaskan seluruh kerinduan nya selama ini.

Violence hanya diam, tak membalas pelukan Brayen, ia masih kaget dengan kedatangan Brayen secara tiba-tiba juga ketakutan jika Johannes tau soal ini, ia takut Brayen tak akan bisa keluar dari kamarnya dengan selamat.

VIOLENCE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang