Get out of the pressure!

54.9K 3K 16
                                    


Setelah sarapan bersama tadi pagi berakhir, Violence bergegas pulang kerumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sarapan bersama tadi pagi berakhir, Violence bergegas pulang kerumahnya. Ia khawatir ayahnya nekat mengirim bodyguard untuk mencari tau kenapa ia tak pulang kemarin. Brayen berkali-kali menahan kepergian Violence, namun Violence menolaknya. Ia tetap ingin pulang pagi ini juga.

Violence mengendap-endap memasuki pintu gerbang yang luas itu. Ia menyeret motornya dari gerbang belakang agar tidak menimbulkan suara sedikitpun. Nyatanya usahanya sia-sia. Ayahnya sudah berdiri tegap didepan pintu rumahnya sambil menatap tajam kearah Violence. Tatapan yang sudah lama tidak Violence lihat, tatapan mengerikan juga kekhawatiran.

Violence meninggalkan motornya dan berlari menghampiri sang ayah.
"Sorry daddy."ucap Violence menunduk.

"Kenapa tidak pulang kemarin? sudah lama daddy tidak melihat mu sembunyi-sembunyi seperti tadi. Kau menyembunyikan sesuatu dariku Rose?"tanya Johannes penuh penekanan.

"No daddy, everything is going well."jawab Violence berusaha meyakinkan, matanya memancarkan sebuah permohonan.

"Really? Who is Brayen, Rose?"tanya Johannes seolah bisa membaca pikiran dan rasa takut Violence.

Damn!

Violence kaget mendengar nama Brayen disebutkan, sesuai yang ia takutkan. Ayahnya mengetahui semuanya. Apa ayahnya juga tau Brayen tidur dengan Violence tadi malam?

"He's nothing to me, daddy. He's just a friend. Ayolah daddy, believe me."pasrah Violence.

Johannes mengusap pelan kepala Violence, "Jangan berbohong pada daddy tentang apapun Rose, karena daddy akan mengetahui semua kebohongan itu. Jangan terlalu dekat dengannya. Daddy mencurigai pria itu."jawab Johannes tegas.

"He's just a friend, daddy. Rose tidak menaruh perasaan apapun. Rose masih ingat semua pesan yang pernah daddy ucapkan. There's no love."jawab Violence sambil menggenggam tangan Johannes.

"No true love, Rose."membawa tubuh Violence kedalam pelukannya. "Daddy mengawasi pria itu."inilah hal yang paling ditakutkan oleh Violence, ia tak mau ayahnya malah mencari tahu segala hal tentang Brayen. Hanya membuang-buang waktu saja.

"Isn't that just a waste of time, dimana Naura daddy? hari ini Rose akan melatihnya dengan keras."ucap Violence bersuara mengalihkan topik.

And berhasil, "Jangan terlalu keras pada gadis itu Rose, dia terlihat begitu rapuh. Daddy tidak yakin dengan itu."jawab Johannes ragu.

"Rose akan membuktikan kalau Naura mampu daddy."jawab Violence yakin lalu berlari ke arah kamarnya.

Johannes hanya menggelengkan kepalanya pelan, putrinya itu memang penuh ambisi. Ia berjalan menuju ke ruang pribadinya untuk mempersiapkan rapat nanti malam. Violence akan diberitahu malam nanti.

***

Pandangan pertama yang Violence tangkap dimatanya adalah Naura yang tengah memeluk erat lututnya sambil menangis sesenggukan. Gadis itu terlihat sangat tertekan dengan hidupnya.

VIOLENCE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang