Intoxicating kiss.

121K 3.8K 51
                                    


Jika awalnya hanya sekedar ciuman, kini menjadi lumatan yang begitu menuntut, menyesap pelan, menikmati detik demi detik yang berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika awalnya hanya sekedar ciuman, kini menjadi lumatan yang begitu menuntut, menyesap pelan, menikmati detik demi detik yang berlalu.

Beruntunglah, Brayen menutup pintunya terlebih dahulu sebelum ia masuk. Sungguh ia tidak rela siapapun melihat paha mulus Violence yang begitu terekspos dengan kemeja kebesaran miliknya.

Tangan Brayen semakin bergerak liar, mengelus pelan paha mulus Violence dengan ciuman yang masih enggan untuk dilepas.

Violence mendorong pelan dada Brayen, sembari menghirup udara sebanyak yang ia bisa. Ia hampir kehabisan nafas karena Brayen tak memberikan nya kesempatan untuk lepas.

Sama hal nya dengan Brayen, nafasnya semakin memberat bersamaan dengan hasratnya yang kian memuncak. Tanpa memberikan banyak waktu ia kembali merengkuh pinggang Violence agar semakin berdempetan dengan tubuh kekarnya.

Kembali melumat bibir Violence yang kini menjadi candu untuknya, jika awalnya lumatan itu begitu lembut, kini berubah menjadi ciuman yang kasar dan begitu menuntut.

Keduanya saling beradu tanpa ada satupun yang berniat menghentikan adegan panas itu. Perlahan tangan Brayen mengelus pelan perut ramping Violence, membuat Violence berdesis pelan karenanya.

Ciuman itu perlahan turun ke leher Violence, bergerak semakin liar dari sebelumnya.

"Brayen, lo di dalam kan. nih air hangatnya udah kelar."teriak Farhan dari luar membuat ciuman itu sontak terlepas.

Siapapun, tolong bunuh Farhan sekarang juga. Dengan nafas yang memburu-buru dan emosi yang memuncak karena merasa terganggu, Brayen mengangkat tubuh Violence yang masih dipangkuan nya, kemudian meletakkan nya pelan diatas ranjang miliknya. Tak lupa menutup kaki Violence dengan selimut tebal miliknya karena tak ingin anggotanya itu melihat paha mulus Violence.

"Gue buka pintu dulu."ucap Brayen lembut, seraya mengecup bibir Violence sekilas.

"Mm."gumam Violence seraya mengangguk. Ia masih menetralkan nafasnya yang nyaris habis karena ulah Brayen.

Brayen berjalan pelan membuka pintu kamarnya, didepan kamar sudah ada Farhan dan Alex yang tersenyum dengan wajah tak bersalah. Ingin rasanya Brayen mengubur hidup-hidup kedua anggotanya ini.

"Hehe bos, ini air hangatnya."ucap Farhan polos, tak sadar jika kedatangan nya benar-benar bukan diwaktu yang tepat.

Brayen menghela nafasnya pelan, hampir saja ingin memukul kedua orang ini, namun ia masih berusaha mengontrol emosinya. "Masuk."ucap Brayen singkat.

"Alex, obatnya ada?"tanya Violence seraya tersenyum kearah Alex.

"Ada."jawab Brayen cepat sebelum Alex menjawabnya.

"Posesif amat bos. Jawab pertanyaan dia aja masa gak boleh."ucap Alex heran.

Brayen meraih air hangat dan handuk kecil yang ada ditangan Farhan, kemudian duduk tepat disamping Violence. Meraih pelan tangan wanita itu sambil membersihkan lukanya yang sudah mulai mengering.
"Lo ganti baju Violence? disini?"tanya Farhan kaget saat menyadari jika baju yang Violence kenakan adalah baju Brayen.

VIOLENCE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang