Jangan lupa kasih ⭐ nya ya.
_________________________________________________Innara lagi-lagi tidak berani memandang Halil setelah ciuman panas mereka yang terpaksa terhenti karena ketukan di pintu kamarnya. Dengan salah tingkah, ia berusaha sebisa mungkin merapikan dirinya saat seorang dokter dan perawat datang untuk memeriksanya sementara Halil hanya memberikan cengiran lebar pada petugas kesehatan itu.
Setelah memberikan instruksi dan resep obat pada Innara, Innara kemudian dinyatakan boleh pulang dan kini dia dan Halil dalam perjalanan kembali ke kediaman mereka menggunakan taksi yang diorder Halil lewat aplikasi online.
"Kamu kemarin membawaku ke rumah sakit pakai apa?" Tanya Innara tiba-tiba ingin tahu.
"Menurut Mbak?" Halil balik bertanya dengan ambigu.
"Tidak mungkin pakai motor kan?" Tanya Innara dan seketika memikirkan bagaimana caranya Halil membawa tubuhnya yang pingsan dengan menggunakan motor.
"Tentu saja tidak. Kecuali mungkin aku memasukkan Mbak ke dalam box besar dan mengikat box itu kencang-kencang." Ucap Halil ketus. Dan membayangkan dirinya meringkuk di dalam box besar yang mungkin seukuran lemari es satu pintu membuat Innara merinding seketika. "Aku pesan taksi lah. Memangnya Mbak pikir aku bawa Mbak kerumah sakit naik andong." Ucapnya dengan nada mengejek yang membuat Innara kembali melayangkan cubitan kecilnya yang menyakitkan di paha pria itu.
Ponsel Innara yang bergetar membuat percakapan keduanya terhenti. Innara membuka tasnya dan mengerutkan dahi saat melihat nama ibunya ada di layar.
Innara menelan ludah, ia tidak pernah mengabaikan panggilan ibunya kecuali saat ia sedang tidak memegang ponsel. Kapanpun dan dimanapun, sesibuk apapun dia, dia selalu menyempatkan diri menerima telepon ibunya karena di dunia ini tidak ada yang lebih penting baginya selain ibunya dan juga neneknya. Namun untuk saat ini, entah kenapa Innara merasa enggan untuk menerima panggilan wanita yang sudah melahirkannya itu. Bukan karena keberadaan Halil di sampingnya yang tampak memandangnya dengan penuh tanya. Tapi karena ia merasa kalau panggilan ini ada hubungannya dengan orang yang baru saja kembali mengganggu kehidupan tenangnya.
"Bunda dengar kalau Rayka ada disana." Itu adalah kalimat kedua yang diucapkan ibunya setelah wanita menuju paruh baya itu mengucapkan salam dan bertanya tentang kondisi kesehatan Innara.
"Iya. Kakak juga terkejut waktu lihat dia ada disini dan menjadi atasan kakak." Ucap Innara dengan nada lirih dan letihnya.
"Apa dia mengganggu Kakak?" Tanya ibunya lagi.
"Apa ayah tahu kalau dia disini?" Innara balik bertanya.
"Tahu. Ayah tahu. Ayah ada di samping Bunda saat Rayka menelepon." Ucap ibunya jujur. "Kami tidak tahu kalau Rayka tidak ada disini. Azanie sudah lama tidak datang berkunjung. Dan Bunda terkejut saat tadi Rayka tiba-tiba menghubungi Bunda dan mengatakan kalau Kakak sakit." Ucap ibunya dengan nada menegur yang membuat Innara meringis karena tidak mengatakan tentang kondisinya pada sang ibu karena takut membuatnya khawatir.
"Kakak baik-baik saja. Dan sekarang kakak sudah dalam perjalanan kembali ke mes." Ucap Innara jujur.
"Ya. Dan benarkah kalau Kakak ditemani seorang pria selama sakit?" Tanya ibunya dengan nada curiga yang membuat Innara memutar bola mata.
"Ya. Namanya Halil." Innara memberitahukan. "Dan Halil juga yang membawa kakak ke rumah sakit dan merawat kakak selama kakak sakit. Kalau-kalau dia lupa menceritakan satu fakta itu." Ucap Innara dengan ketus.
"Jadi, dia pacar kakak?" tanya ibunya lagi dan Innara yakin kalau di kejauhan sana ibunya sedang berusaha menahan senyum ataupun sorak gembiranya. Dan entah kenapa Innara merasa kalau ibunya tidak lagi mencemaskan keberadaan Rayka disini jika Innara mengonfirmasikan status hubungannya dengan Halil pada ibunya. Ibunya pasti mempercayakan keselamatan Innara pada Halil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mbak, I Love You (Tamat)
Storie d'amoreTersedia PDF, Cetak dan versi lengkap bisa dibaca di Karyakarsa. "Aku suka sama Mbak." Ucap Halil dengan senyum lebarnya. Innara mengerutkan dahi dan memandang pria yang usianya dua tahun lebih muda sekaligus bawahannya itu dengan tatapan tajam dan...