4

242 26 3
                                    

"Chae udah. Gila lo, mau abis berapa botol?" Kim Jisoo. Teman sedari SMA Chaeyoung, cuma bisa menghela nafas.

Tiba-tiba aja Chaeyoung datang ke rumahnya dan ngajak clubbing.

Padahal itu baru jam 10 malam.

Chaeyoung meremat rambutnya, "Pusing gue, Ji"

"Kalo pusing yaudah. Jangan minum terus, balik sana" kata Jisoo ngambil botol ditangan Chaeyoung dan nempatin jauh dari jangkauan Chaeyoung.

Chaeyoung itu punya toleransi alkohol tinggi. Jadi meskipun dia keliatan mabuk, dia ngga mabuk sepenuhnya. Chaeyoung masih punya kesadaran.

"Padahal gue sakit hati baru beberapa jam. Tapi rasanya kaya mau mati" keluh Chaeyoung.

Jisoo menepuk punggung Chaeyoung, "Jimin lagi?"

Chaeyoung diam ngga menjawab. Ia malah merebahkan kepalanya dimeja.

Tangannya mau ngeraih botol alkoholnya lagi tapi ditahan Jisoo

"Chae, lepasin Jimin. Buat apa lo yang sekarat disini sendiri, dia belum tentu peduli"

"Tapi gue cinta dia, Ji"

"Cinta itu kebahagiaan bukan penderitaan. Kalo lo menderita itu namanya bukan cinta"

Chaeyoung terdiam.

Bukan cinta?

Tapi hati Chaeyoung mengatakan itu cinta.

"Eh anjing mau kemana?" panik Jisoo saat ngeliat Chayeoung buru-buru bangkit dan pergi.

"Chae mau kemana?!" teriak Jisoo.

Chaeyoung noleh, ngasih jari tengahnya.

"Menyelesaikan masalah hati"

.     .      .      .       .

Disinilah Chaeyoung.

Kembali ke tempat ini.

Kafe tempat partime Jimin.

Chaeyoung berdiri dibelakang kafe.

Tempat awal yang ngebuat Chaeyoung jadi kaya gini.

Chaeyoung memfokuskan matanya mengecek jam tangannya. Matanya agak blur karena mabuk.

Dan pintu belakang terbuka.

Bang Jin juga Jimin keluar dari pintu itu.

"Chae? Malem-malem ngapain disini?" Bang Jin duluan yang nyapa Chaeyoung.

Chaeyoung agak sulit berdiri tegak karena setengah mabuk.

"Auhh lo mabuk? Gila nih anak satu" komentar Bang Jin pas bau alkohol dari badan Chaeyoung terlalu kentara.

Chaeyoung menepis tangan Bang Jin yang mau nyentuh dia, "Bang sorry. Gue mau ngomong berdua sama Jimin" kata Chaeyoung.

Matanya sayu, pipinya merah, tangannya agak gemetar.

"Jim-" perkataan Bang Jin terhenti pas ngeliat raut wajah Jimin yang ngga enak. Asem aja.

Bang Jin milih mundur tanpa ngucapin sepatah katapun lagi.

Sekarang tinggal Jimin dan Chaeyoung.

Jimin masih natap cewek yang lebih pendek darinya. Tatapan remeh karena ngeliat Chaeyoung di posisi sebagai cewek nakal yang suka minum.

Chayeoung mendecih dan mendekat. Ia menaikkan pandangannya ke arah mata Jimin.

"Sial" umpatnya.

Jimin masih diam. Namun memundurkan tubuhnya 3 langkah. Bau alkohol dari Chaeyoung sangat menyengat.

Hal itu ngga luput dari pandangan Chayeoung. Chaeyoung ketawa pelan.

Ngetawain dirinya sendiri.

Jimin bahkan ngga mau deketan sama dia.

"Lo-" perkataan Chayeoung terputus. Kepala dia sakit.

Beberapa saat.

"Lo, Park Jimin" kata Chaeyoung dengan menatap Jimin yang emang masih natap dia.

"Gue suka suka mata lo. Tapi buat saat ini, gue benar-benar pengin nyongkel dan gue buang ke tong sampah"

Jimin masih diam. Engga terpancing emosi.

"Mata lo yang indah itu ngga pernah sekalipun natap gue dengan benar. Lo selalu nempatin gue sebagai seseorang yang ngga berharga"

Chaeyoung ketawa tapi matanya memerah. Bahkan sudut matanya mengeluarkan air mata.

Ternyata puncak rasa sukanya ke Jimin adalah sekarang.

Perasaanya udah di batasannya.

"Gue bahkan sampai obral murah ke lo. Gue ngemis-ngemis ke lo, tapi lo bahkan ngga pernah anggap gue ada"

"Lo-"

"Itu salah kakak. Aku ngga pernah sekalipun ngasih harapan ke kakak. Kak Chae sendiri yang memposisikan diri buat berjuang. Semua salah kakak" balas Jimin dingin.

Chaeyoung bahkan ngga bisa berkata-kata.

Siapa sekarang didepannya?

Ini bukan Jimin yang dia kenal. Cowok didepannya ini berbeda.

"Salah gue?"

Jimin mengangguk, "Bahkan kalo aja kak Chae bukan sepupu Jungkook, aku pasti ngga mau kenal sama kakak"

"Hidup kakak itu terlalu berbeda sama aku" kata Jimin mandang Chaeyoung dari atas sampai bawah.

Chaeyoung paham.

"I see, lo mau bilang gue urakan dan lo lebih baik dari gue?"

Jimin menggeleng, "Bukan. Yang mau gue bilang adalah kakak bukan seseorang yang pengin aku jadiin teman apalagi pacar"

Bahasa kasarnya adalah Chaeyoung bukan tipenya?

Sialan.

Jimin emang pinter, pekerja keras, cowok baik-baik.

Dibandingin sama Chaeyoung yang kenal alkohol aja dari umur 15 tahun.

Chaeyoung menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jemarinya.

"Bahkan setelah lo ngomong kaya gitu. Rasa suka gue masih ada buat lo"

"Aku ngga butuh itu kak"

Chaeyoung ngibasin kedua tangannya didepan Jimin, "Gue tau, gue tau"

Chaeyoung meyakinkan diri.

"Karna itu, gue nyerah"

"Gue nyerah sama perasaan gue buat lo, Jim"

Jimin diam. Agak ngga percaya.

Soalnya 3 bulan ini Chaeyoung kayak yang serius ngejar Jimin. Tapi sekarang dengan mudahnya menyerah?

"Lo ngga perlu percaya sama omongan gue"

"Karena apa? You just know my name, Jim. Just my name"

"Tapi mulut sialan lo udah berani nilai gue tanpa sopan santun"

Setelah itu Chaeyoung pergi.

Jimin cuma diam natap punggung Chaeyoung yang menjauh. Bahkan Jimin ngeliat cara jalan Chaeyoung agak sempoyongan, Jimin ngga peduli.

Dia diam ditempat.

Dan berpikir kalau yang dia lakuin sekarang itu benar.

Jimin ngga ada rasa buat Chaeyoung.

Jimin ngga peduli sama Chaeyoung.

Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang