22

231 38 9
                                    

.

.

.

.

.

7 tahun kemudian.

"Si anjing, gue gimana? Cakep ngga?"

Jungkook menghela nafas. Sekarang cowok ahh bukan lelaki berusia 25 tahun itu lagi dirumah sahabatnya.

Park Jimin, si lelaki yang usianya juga 25 tahun.

"Cakep. Gue udah bilang cakep 100 kali. Lo nanya mulu"

"Lagian mau kemana sih malem-malem gini?" tanya Jungkook.

Jadi dari jam 5 sore tadi, Jungkook di suruh ke rumah Jimin. Katanya tolong bantu pilihin baju.

Jimin udah cakep, rapi, wangi.

Jimin berkaca. Ia sih, ini baju kelima-nya.

"Mau kencan? Eh tapi lo kan jomblo akut" komentar Jungkook.

Jimin melirik, "Ya makanya jomblo, sekarang mau menjemput jodoh gue yang tertunda"

Jungkook mencibir.

"Yang bener. Udah mau kepala 3 tapi belum dapet pacar. Belum bisa move on lo dari kak Chae?" ledek Jungkook.

Berimbas Jungkook sendiri ngerasa bersalah.

Dia tau hubungan kakak sepupunya sama Jimin yang kaya roller coaster.

"Jung"

Jungkook noleh, "Hah?"

"Doain gue ya"

"Hah?"

.

.

.

Jimin membenarkan dasinya. Menghela nafas dalam.

Sebelum mengetuk pintu.

Jimin terus membasahi bibirnya, menunduk sampai,

"Cari siapa?"

Jimin menaikkan pandangannya.

"Malem tante, ini Jimin"

.    .     .    .    .

"Kamu beneran dateng"

Jimin senyum, "Maaf terlambat om"

Ayah Park Chaeyoung tersenyum, "Setidaknya kamu memegang janji kamu"

Benar.

Jadi malam ini, setelah 7 tahun berlalu Jimin kembali menginjakan kakinya dirumah ini.

Rumah yang beberapa tahun lalu menjadi awal tekad Jimin terbangun.

"Om sama tante ngga lupa sama saya?" tanya Jimin.

Ayah Chaeyoung tertawa pelan, "Gimana mau lupa? Foto kamu ada dikoran, majalah, internet. Kamu populer, nak"

Jimin tersenyum malu.

Park Jimin, 25 tahun. Single.

Pengusaha.

Jimin meraih kesuksesan diusia 22 tahun.

Selama 4 tahun Jimin benar-benar merintis usaha kafenya. Hingga akhirnya semua itu terbayarkan.

Sekarang Jimin bukan lagi pemilik kafe, tapi lelaki itu pemilik restaurant ternama di beberapa kota.

"Kamu kesini karena janji kamu yang dulu?"

Jimin mengangguk, "Iya om. Saya harap saya masih punya kesempatan meskipun terlambat"

Respon ayah ibu Chaeyoung adalah diam.

Jimin beneran terlambat?

Demi Tuhan, jangan.

"Saya benar-benar terlambat, om?"

Ibu Chaeyoung tiba-tiba ngeluarin kartu nama. Jimin menerimnya.

Dahinya mengernyit.

"Itu kartu nama Chaeyoung. Dan alamat tempat tinggal dia. Chaeyoung udah keluar dari rumah ini sejak 5 tahun lalu"

"Dia menarik diri dari kehidupan sosialnya" kata Ibu Chaeyoung.

"Maaf tante, tapi ngga ada daerah XXX disini"

Ibu Chaeyoung terdiam sejenak.

"Itu kota XX yang jaraknya 7 jam dari sini"

Hah?

"Nak, bawa pulang Chaeyoung. Om sama tante kangen" kata ayah Chaeyoung.

Jimin terdiam. Apa ada masalah dimasa lalu? Sampai ngebuat Chaeyoung pergi?

"Om sama tante minta maaf. Tolong bilang ke Chaeyoung"

Dan dari raut wajah ayah ibu Chaeyoung, Jimin paham.

Ada konflik diantara mereka.

"Saya bakal bawa pulang Chaeyoung"

.

.

.

Tanpa pikir panjang.

Malam itu juga Jimin berkemas. Dia sendiri yang pergi kota XX.

Tanpa supir, tanpa teman.

Jimin sendiri.

Dan menjelang pagi, Jimin baru sampai dikota kecil ini. Yang Jimin ngga tau apapun tentangnya.

Kota XX kecil namun terlihat damai. Sedikit masyarakat namun saling menyapa.

Mungkin Jimin sedikit paham kenapa Chaeyoung milih pindah kesini.

Jimin turun dari mobilnya yang dia parkir ngga jauh dari toko buah.

Niat nanya orang sekitar dengan alamat rumah Chaeyoung tapi,

"Nek, aku udah beli banyak. Diskonlah"

"Hahh kamu minta diskon terus" kata nenek penjual.

Park Chaeyoung, perempuan berusia 28 tahun ketawa pelan.

Chaeyoung mencolek lengan nenek penjual. Menggoda.

"Janji deh minggu depan aku bawain bunga lili" kata Chaeyoung.

Nenek penjual beragam jus itu cuma menghela nafas kesal. Chaeyoung ini adalah pembeli tetapnya.

Bahkan Chaeyoung sering ngasih bunga, kue dan barang lain. Ngebuat nenek itu sebenarnya bisa aja ngasih gratis jusnya untuk Charyoung.

"Yaudah ambil aja"

Chaeyoung senyum lebar. Terus lari masuk ke toko jus. Memeluk nenek.

"Gitu dong, nek. Makin awet muda kan jadinya" goda Chaeyoung.

Nenek mukul lengan Chaeyoung, "Udah ah, sana. Katanya mau pulang, bentar lagi hujan"

Chaeyoung mengangguk. Mengambil beberapa jusnya dan pamit pulang.

Chaeyoung menaikkan pandangannya.

Benar.

Langit lebih gelap dari biasanya, padahal jam belum nunjukin pukul 7 malam.

"Hujan lagi kah? Aku ngga-"

"Chae"

Berhenti.

Membeku.

Chaeyoung terdiam.

Park Jimin. Lelaki masa lalunya.

Sekarang berdiri ngga jauh dari Chaeyoung. Dengan tampilan yang jauh berbeda dari terakhir kali Chaeyoung liat.

Lebih dewasa.

Jimin mendekat. Tersenyum.

"I found you, Park Chaeyoung"

Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang