12

251 32 5
                                    

Chaeyoung masih dirumah Jimin hingga hari minggu. 

Jimin yang nyuruh Chaeyoung buat nginap. Ibu sama adik kembarnya lagi kerumah nenek mereka diluar kota dari hari Rabu. Dan mungkin akan balik ke rumah hari Senin.

"Ck, ngga usah. Ambilin dompet item gue dirumah" kata Chaeyoung.

Cewek itu lagi menelfon Jungkook.

"Dasar monyet. Iya ntar gue kasih bonus, cepet ah" katanya kemudian menutup telfon.

Jimin yang duduk disebelahnya tersenyum. Lucu kalau ngeliat interaksi Chaeyoung sama Jungkook sekarang.

Kalau dulu Jimin ngga gitu merhatiin.

Keduanya sekarang lagi menikmati suasana sore hari di teras rumah Jimin yang sepi.

"Jungkook keliatan sayang banget sama kamu" komentar Jimin.

Chaeyoung mencibir, "Biasa aja"

Padahal dalam hati Chaeyoung mengiyakan.

Jimin mengamati Chaeyoung dari samping. Cewek itu juga sekarang lagi sambil ngerjain tugasnya.

Pinjem laptop Jimin.

Dulu penilaian Jimin ke Chaeyoung adalah sepupu Jungkook yang high class dan nakal.

Setelah kejadian Chaeyoung confess, penilainnya berubah. Menjadi sepupu Jungkook yang caper, nakal dan sok manis.

Dan setelah Chaeyoung dan dia menjadi sekedar mengenal nama. Penilaiannya juga berubah. Menjadi Chaeyoung si perempuan tenang, baik dan dewasa.

Bahkan mungkin Jimin sedikit kaget dengan ketenangan yang dimiliki Chaeyoung. Benar-benar ngebuat garis bahwa Chaeyoung lebih dewasa secara umur dan mental daripada Jimin itu nyata.

"Mau susu coklat ngga? Aku buatin" tawar Jimin tanpa mengalihkan pandangannya.

Angin sore membuat helaian rambut Chaeyoung yang di cat pirang menjadi sedikit berantakan.

Kalau dulu Jimin selalu menjudge jelek pas tau Chaeyoung tipe yang suka ganti warna rambut. Tapi sekarang, rambut pirang itu benar-benar cocok dengan Chaeyoung.

Putih dan manis. Natural untuk kecantikannya.

Chaeyoung malah ketawa pelan, "Kamu dari kemaren baik banget. Nawarin ini itu, janganlah Jim. Ntar aku kebetahan disini gimana?" canda Chaeyoung.

"Ya nggapapa" tapi Jimin menanggapinya dengan serius.

Chaeyoung menggeleng, masih fokus dengan laptopnya.

"Engga ah. Ntar aku ngeganggu kamu" balas Chaeyoung.

Jimin terdiam. Ngeganggu ya?

Like dejavu.

Dulu mungkin Jimin selalu memandang Chaeyoung sebelah mata. Ngebuat Jimin benar-benar mengsugesti diri sendiri buat ngga suka sama Chaeyoung.

Tapi setelah Chaeyoung pergi, saat itulah Jimin mulai sadar. Mulai melihatnya dengan mata terbuka sempurna.

Memperhatikan hal-hal kecil. Bahwa Chaeyoung lebih dari baik.

Mungkin untuk kebiasaan minum cewek itu masihlah buruk. Tapi selebihnya, Chaeyoung adalah perempuan baik.

Jimin baru menyadarinya?

Iya.

Jimin memang sebodoh dan seegois itu.

"Kamu ngga ngeganggu" balas Jimin.

Chaeyoung menoleh. Keduanya bertatapan. Tanpa senyuman tanpa sepatah kata.

Kemudian Chaeyoung yang lebih dulu memutus kontak mata.

"Ya" balas Chaeyoung.

Jimin tiba-tiba merasa sedih dan kecewa dengan jawaban Chaeyoung.

Kenapa baru sekarang Jimin merasakannya?

Dari banyak dan lamanya waktu kenapa baru sekarang?

Kenapa?

Jimin sangat terlambat untuk memiliki sebuah perasaan untuk Chaeyoung.

Jimin terlambat menyukai bidadari manis dihadapannya ini.

.

.

.

Jimin diam menatap Chaeyoung yang lagi beresin pakaiannya. Sekarang dia pinjem baju Jimin. Celana training sama hoodie cowok itu.

"Nginep lagi aja kenapa sih?" kata Jimin.

Maksudnya biar Chaeyoung balik besok Senin pagi.

Chaeyoung menggeleng.

"Tapi udah malem"

"Jungkook kan lagi otw jemput. Jadi aman"

"Terus abis ini mau kemana? Nginep dirumah Jungkook?" tanya Jimin.

Chaeyoung menggeleng, "Dirumah temen"

"Cewek apa cowok?"

"Cewek"

Jimin diam. Cowok itu duduk dipinggir tempat tidur. Selama Chaeyoung nginep dirumahnya, cewek itu tidur di kamar si kembar.

Yakali sekamar sama Jimin.

"Kalo ada apa-apa, telfon aku ya" kata Jimin.

Chaeyoung selesai. Kemudian duduk disebelah Jimin. Meregangkan tangannya.

Menunggu Jungkook sampai.

"Ngapain?"

Jimin noleh, "Biar aku tau gimana keadaan kamu"

Chaeyoung terdiam. Kemudian mengangguk.

Mungkin malam ini akan berjalan tenang. Seperti malam sebelumnya tapi,

"Aku minta maaf" kata Jimin.

Jimin akan mengacaukan malam Chaeyoung. Atau hati Chaeyoung lebih tepatnya.

"Buat semuanya. Aku minta maaf" kata Jimin.

Chaeyoung memainkan jemarinya sendiri, ia menunduk, "Minta maaf buat apa? Kalo ngga tau salahnya apa mending ngga usah minta maaf" katanya.

Sedikit sarkas.

Jimin benar-benar memusatkan atensinya ke Chaeyoung meskipun Chaeyoung enggan membalasnya.

"Aku..."

"Aku nyakitin kakak, aku ngomong kasar, aku menilai kakak ngga baik. Aku mandang remeh kamu. Aku minta maaf"

Dan akhirnya apa yang ingin Chaeyoung dengar dari mulut Jimin menjadi nyata.

Pernyataan maafnya.

"Aku benar-benar minta maaf" kata Jimin.

Chaeyoung menangkap rasa penyesalan dan rasa bersalah dari suara Jimin.

Tanpa sadar sudut mata Chaeyoung mengeluarkan air matanya.

Chaeyong ngga tau kenapa ada perasaan lega dihatinya.

Pundaknya merasa lebih ringan.

"Jangan nangis" kata Jimin lebih menempelkan tubuhnya. Jemarinya mengusap sisi wajah Chaeyoung. Menghapus air mata.

Chaeyoung hanya diam. Masih memainkan jemarinya sendiri.

"Aku minta maaf, kak. Jangan nangis" lirih Jimin dengan lembut.

Dengan ragu, Jimin menarik tubuh Chaeyoung ke dalam pelukannya. Yang ternyata tidak ada penolakan.

"Maaf, aku minta maaf" mungkin Jimin ngga akan bosan buat minta maaf.

Chaeyoung masih mengunci mulutnya. Memilih menenggelamkan wajahnya diperpotongan  leher Jimin.

Dan membalas pelukan Jimin lebih erat.

Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang