11

251 35 0
                                    

Chaeyoung menghirup udara malam dengan rakus saat dia udah keluar dari kafe.

Jimin jalan disebelahnya. Dengan mendorong sepedanya.

"Tadi lagi ngapain, kak?" Jimin membuka obrolan.

Chaeyoung menepuk leher belakangnya, agak mabuk. Atau mabuk sungguhan?

"Minum. Kan liat tadi"

"Tau. Maksudnya ngapain sendirian di kafe?"

Chaeyoung makin ngerasa ngga enak. Apa gara-gara dia minum yang 70% mengandung alkohol?

Niatnya biar mabuk sekalian. Buang stress.

Eh malah ketemu Jimin.

"Me time" balas Chaeyoung.

Diam. Chaeyoung berjalan lebih dulu tapi,

"Kak, astaga. Mabuk?" Jimin menangkap tubuh Chaeyoung yang mau jatuh.

Anaknya oleng.

Chaeyoung melepaskan tangan Jimin darinya dan milih berjongkok.

Tangannya meremat kepalanya.

Jimin menstandarkan sepedanya sebelum ikut berjongkok didepan Chaeyoung. Ikut menyentuh kepala Chaeyoung.

"Pusing? Mau aku gendong?" tawar Jimin.

Chaeyoung diam.

"Kak"

Chaeyoung tiba-tiba menunduk. Tangannya berhenti meremat rambutnya tapi berganti bermain daun kering di trotoar yang jatuh.

Fix. Chaeyoung mabuk.

"Kak, ngapa-"

"Pusing"

"Hah?" Jimin mendekat. Suara Chaeyoung terlalu kecil.

Chaeyoung memainkan daun kering.

"Pusing. Capek, pengin nangis"

Jimin yang awalnya mau narik Chaeyoung buat berdiri ngga jadi. Kayaknya Chaeyoung lagi ngga baik-baik aja.

"Kenapa pengin nangis? Kamu sakit?" tanya Jimin dengan mengambil alih tangan Chaeyoung dan menggenggamnya.

Chaeyoung menatap genggamannya tangan keduanya dan tersenyum.

"Hehe, indah ya kalo satu hari nanti aku bisa beneran genggam tangan Jimin kaya gini"

Jimin diam.

Chaeyoung mendudukan dirinya di trotoar. Membawa tangan Jimin ke pelukannya.

Ke detak jantungnya.

"Kamu tau, dulu jantung ini berdetak lebih baik saat mencintai Jimin. Jantung ini bertahan dipahitnya kehidupan karena Jimin"

Chaeyoung menutup matanya. Seolah sedang mengenang sesuatu.

"Tapi sekarang, detakannya terasa berbeda. Aku kehilangan Jimin. Aku harus berjuang sendiri dipersimpangan jalan yang tidak tau ujungnya"

Chaeyoung terdiam.

Kemudian,

"Aku mau sedikit kebebasan"

Perkataan terakhir Chaeyoung sebelum air matanya jatuh dan ia pingsan.

Jimin membawa Chaeyoung ke pelukannya.

Tangannya dengan lembut mengusap air mata Chaeyoung.

Jimin menunduk. Mengamati Chaeyoung.

"Kebebasan apa yang kamu mau, kak?"

Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang