6. Kata Kebebasan

6.5K 606 23
                                    

"Jadi?"

"Sama seperti Appa mu"

"Shit!"

...

Pagi ini kediaman keluarga Lee cukup sunyi bahkan terasa mencekam, karena Taeil—Hyung tertua mereka tengah diam seraya menatap tajam salah satu adiknya, ruang keluarga ini menjadi saksi betapa besarnya dominasi seorang Taeil di keluarga Lee.

Lelaki 30 tahun itu memang memiliki pembawaan yang sangat tenang, tapi jangan salah artikan ketenangannya, seperti laut yang terlihat terlihat tenang dan indah, nyatanya ada banyak bahaya tersimpan di dalamnya.

"Kau minum?"

Satu kalimat yang terdengar dingin itu berhasil membuat Jungwoo menegang. "I-iya Hyung"

Satu helaan kasar terdengar dari yang lebih tua. "Berapa botol yang kau habiskan? Dan kenapa tak meminta izin dulu pada Hyung?"

"A-aku.."

"Hyung tak melarang jika memang kalian ingin minum, tapi setidaknya kalian harus ingat batasan dan mengatakan hal ini pada Hyung terlebih dahulu. Oh ya, ku dengar kau bahkan tak bisa berjalan sendiri semalam?" Taeil mengangkat sebelah alisnya bertanya masih dengan nada dinginnya.

Jungwoo menelan silivanya kasar. "Mianhae Hyung" dan hanya kalimat itu yang keluar dari bibirnya, sungguh ia takut sekarang, karena nyatanya kemarahan seorang Taeil itu paling di hindari di keluarga ini.

Taeil memejamkan matanya beberapa detik lantas berucap. "Jadi, apa yang harus kulakukan untuk menghukum mu?" Tanyanya dengan netra yang tak pernah lepas dari lelaki 21 tahun itu.

Namun nyatanya Jungwoo terlalu takut dan bingung harus mengatakan apa, jadi ia memilih untuk diam.

"Heyy.. kenapa diam? Bukankah semalam kau bisa mengambil keputusanmu tanpa Hyung?" Tanyanya terdengar menyindir.

"Hyung aku--"

"Ku pikir kau sudah dewasa untuk mengerti perkataan ku, dan jika kau lupa, tidak menjawab pertanyaan yang lebih tua itu tidak sopan. Jadi Lee Jungwoo, kira-kira keputusan apa yang harus kita ambil sekarang? Hukuman atau kebebasan?" Dan Jungwoo kembali tak menjawab, karena sungguh, lidahnya terlalu kelu bahkan untuk mengatakan satu huruf saja.

"Tak ingin menjawab ku lagi? Baiklah untuk terakhir kali, Lee Jungwoo apa yang kau inginkan, hukuman atau kebebasan?"

"Hukuman Hyung" jawab Jungwoo dengan cepat, ia cukup pintar untuk memilih jawaban ini.

Taeil mengangguk lalu berdiri dari duduknya. "Aku sudah menghubungi dosen pembimbing mu, aku ingin melihat perkembanganmu, jadi kurasa memberikan ulangan dadakan siang ini adalah keputusan terbaik"

Jungwoo mengangguk patuh lalu menghela lega saat Taeil sudah pergi dari ruang keluarga, tangan kanannya terulur untuk memijat pelipisnya, kepalanya masih sedikit pusing, sepertinya karena alkohol itu. Dan, ulangan dadakan ya? Akhh.. rasanya Jungwoo ingin memutar waktu semalam saat ia menghabiskan hampir 6 botol Soju sendirian.

"Hyung" panggil suara yang begitu familiar di telinga Jungwoo yang entah sejak kapan ikut duduk di sampingnya, itu Mark.

"Hm?"

"Jadi apa yang Hyung dapatkan? Maksudku hukuman"

Lelaki 21 tahun itu menatap sang adik yang terlihat menggemaskan dengan tatapan polosnya. "Menurutmu apa?"

Mark menggeleng. "Aku tak tahu"

Jungwoo terkekeh pelan lalu mengusak surai hitam Mark sayang. "Sarapannya sudah siap?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan mereka.

Si Bungsu [Nct127, 00line]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang