48. Persahabatan yang runyam

2.4K 198 16
                                    

Hai~👋 aku kembali lagi setelah sekian lama...

Sorry kalau ada typo dan penggunaan kata yang kurang tepat atau belibet 🙏
.
.
⚠️ DISCLAIMER ⚠️
Ada beberapa part yang menurutku cukup sensitif, jadi maaf jika ada yang merasa risih.

Happy Reading 📖🐻
.
.
.

Haechan tengah fokus pada ponsel miliknya saat ini, tatapan matanya pun terlihat sangat serius. Namun hal itu tak berlangsung lama karena ia mendengar seseorang datang dan membuka pintu ruangannya pelan, awalnya ia kira orang itu adalah salah satu saudaranya, tapi ternyata dugaannya salah saat melihat wajah dengan senyum cerah milik pemuda bernama Liu Yangyang.

"Hai Hyuck, bagaimana keadaanmu? Baik?" Tanya pemuda itu seraya mengambil duduk di kursi samping bangkar Haechan.

"Menjadi buruk karena kau disini" jawab Haechan datar seraya kembali memainkan ponsel di tangannya.

Sementara itu Yangyang terkekeh pelan lalu mengambil beberapa berkas dari dalam tas kerja yang ia bawa. "Berkas-berkasnya sudah selesai, sekarang terserah kau ingin mulai mengoperasikannya kapan" ujarnya meletakkan berkas-berkas itu di pangkuan si bungsu. "Coba kau cek terlebih dahulu!"

Haechan patuh atas titah Yangyang, ia meletakkan ponselnya di samping bantal lalu mengambil berkas-berkas yang terbungkus rapi oleh map di pangkuannya.

Mata bulat itu membaca setiap kata yang ada di salah satu berkas dengan seksama, ia mengangguk pelan saat merasa semuanya tak ada masalah.

"Tak mudah mengambil alih perusahaan si sialan Cristopher itu, tapi untungnya masih ada jalan" ujar Yangyang seraya mengeluarkan rokok elektrik dari saku jas yang ia pakai.

Haechan melirik sebentar pada sahabatnya yang mulai mengisap Vape miliknya. "Kau lupa jika sedang di rumah sakit?" Tanya pemuda itu dengan mata kembali fokus membaca berkas lain.

Yangyang menghembuskan nafas, pelan dibarengi kepulan asap putih dari dalam mulutnya. Matanya tak pernah sekalipun lepas dari si bungsu yang terlihat sangat serius dengan berkas yang ia berikan tadi. "Tidak sama sekali. Kenapa? Kau melarang ku?" Tanyanya seraya kembali mengisap benda itu lebih dalam.

"Tak ada gunanya melarang mu" nada suara Haechan terdengar begitu acuh. Sebenarnya ia sama sekali tak peduli jika Yangyang merokok atau meminum alkohol disini, karena dengan hal itu ia mendapatkan keuntungan, yaitu Yangyang akan menjadi lebih pendiam. "Ku dengar, kau mengumpulkan data orang-orang terdekatku. Kali ini apa?" Tanya si bungsu kala mengingat ucapan Jeno tadi pagi.

Ngomong-ngomong, sekarang hari sudah malam, jam bahkan sudah menunjukkan pukul 20.46 AM.

"Jeno yang memberitahu mu?" Tak perlu bertanya pun Yangyang sudah tau jika Jeno yang memberitahu Haechan, ia hanya ingin berbasa-basi.

Haechan mengangguk pelan. "Eung, kau tau itu" ia mengalihkan pandangannya pada sosok pemuda bersurai pirang di sampingnya. "Apa yang kau rencanakan?" Pertanyaannya singkat, namun setiap perkataanya penuh dengan penekanan. Oh, jangan lupa juga dengan tatapan tajamnya yang selalu bisa meluluhkan hati Yangyang.

"Tak ada, aku hanya berjaga-jaga"

Dahi Haechan berkerut tipis. "Dari?"

Yangyang mengangkat bahunya sekilas sebagai jawaban atas pertanyaan si bungsu, namun saat matanya mendapati tatapan sahabatnya berubah datar ia pun terkekeh pelan. Tapi hal itu tak berlangsung lama, Yangyang menghentikan tawanya lalu menatap serius ke bola mata si bungsu. "Semua hal bisa saja terjadi Hyuck, kita tak tau mereka bisa tutup mulut atau tidak. Dan aku hanya sedang mencari cara paling bersih yang bisa dilakukan" ucapnya dengan nada bicara yang sangat halus.

Si Bungsu [Nct127, 00line]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang