42. Rasa Frustasi

1.8K 215 25
                                    

Mark mengetuk pelan kamar Haechan karena pintu kamarnya terkunci, tidak terlalu heran karena biasanya juga begitu.

"Apa dia sudah tidur?" Gumamnya pelan. "Ya mungkin memang sudah tidur" Gumamnya Mark lagi, kemudian berlalu dari pintu kamar si bungsu ke kamar miliknya.

Tadi Taeil Hyung meminta Mark, Yuta dan Jungwoo pulang menyusul si bungsu yang katanya sudah berada di rumah. Terlihat jelas jika Hyung tertua mereka khawatir, takut si bungsu kenapa-napa di jalan. Sekarang Mark harus segera mengabari Taeil jika Haechan sudah sampai di rumah dan tengah tidur di kamarnya.

Kenapa Mark yakin? Karena penjaga di depan tadi mengatakan jika beliau yang mengantarkan si bungsu mereka sampai ke kamar, di bantu dengan pemuda bernama Jeno.

Namun semua itu salah, nyatanya Haechan tidak ada di kamarnya. Kamar itu kosong karena si penghuni tengah berada di luar kota atau lebih tepatnya Villa milik Yangyang, di Daegu.

"Hyuck, sudah. Jangan terlalu banyak" ucap Yangyang pada Haechan yang tentunya tidak di dengarkan, karena anak itu telah berada di alam bawah sadarnya. Haechan mabuk, dengan minuman yang memiliki kadar alkohol tinggi yaitu Everclear.

"Hyuck--"

"Kau bisa diam atau tidak?! JIKA TIDAK BISA PERGI SAJA SANA!"

Yangyang hanya bisa menghela nafas pelan saat mendapatkan bentakan si bungsu, yaa.. sepertinya ia harus membiarkan pemuda yang di kasihinya ini mabuk-mabukan hingga tak sadarkan diri untuk malam ini, dan Yangyang akan menunggu hal itu bersama Wine nya. Tenang, kali ini pemuda itu meminta Wine yang memiliki kadar alkohol lebih rendah dari biasanya, ia tak akan mabuk jika tidak minum beberapa botol.

Haechan masih tetap menyesap Everclear miliknya dalam diam, mungkin sebagian besar dari kalian akan menganggapnya bodoh karena lebih memilih kabur dan mabuk-mabukan tidak jelas, dari pada ikut menjaga Jaehyun di rumah sakit. Tapi akan sangat berbahaya untuknya tetap berada di rumah sakit dengan emosi yang bisa meledak kapan saja, tempat ini cukup jauh dari jangkauan orang-orang, dan Haechan pikir ia bisa bebas mengeluarkan emosinya disini.

"Liu" panggilnya pada pemuda yang sedari tadi menatapnya secara terang-terangan.

"Hm?" Sahut Yangyang begitu halus.

"Bawakan aku satu" ucapnya seraya mengeluarkan pisau kecil di saku celananya.

Yangyang terkekeh pelan lalu memanggil salah satu anak buahnya yang sedari tadi berdiri di pojok ruangan. "Kelinci itu masih berada di ruangannya kan?"

"Masih Tuan, dia aman"

"Kalau begitu bawa dia kemari" titahnya.

"Siap Tuan"

Lelaki dengan pakaian serba hitam itu berlalu dari ruangan, lantas atensi Yangyang kembali ia alihkan sepenuhnya pada si bungsu. "Pesananmu akan segera datang" pemuda itu menyesap minumannya sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. "But, I have one request for you"

"What?"

"Kau harus tinggal beberapa hari disini, bersamaku"

"Why?"

"Hanya ingin" ucapnya pelan.

"Baiklah" Yangyang memang berbahaya tapi Haechan tidak perlu khawatir memikirkan nasibnya, pemuda itu tidak akan melukainya, dan itu pasti karena Yangyang sendiri sudah berjanji padanya sejak mereka kenal.

Tak lama pintu ruangan terbuka dan menampakkan dua sosok dengan pakaian serba hitam, Haechan yakin itu anak buah Yangyang. Dan satu orang yang mereka tahan tubuhnya agar tidak berontak dengan kepala yang di tutupi kain hitam.

Si Bungsu [Nct127, 00line]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang