25. Hilang•2

2.9K 335 27
                                    

Halo Annyeong kembali lagi dengan Lalilalaila disini!
.
.
Yuhuuuu... Masih ada yang bangun? Soalnya udah jam setengah 2 nih.

Sorry juga nih baru bisa update sekarang, baru selesai soalnya 🙏
.
.
Sebelum kalian baca
⚠️Warning: Cerita ini hanya karangan Author semata dan nggak ada hubungannya dengan Idol yang bersangkutan⚠️
.
.
Sorry for typo dan penggunaan kata yang kurang tepat atau belibet 🙏
.
.
Okay, happy reading Yeorobun 📖
.
.

Malamnya. Katakanlah Yangyang gila karena tiba-tiba saja datang ke rumah keluarga Lee dan langsung ingin menikam Taeyong dengan pisau yang dirinya bawa dari rumah, untung saja waktu itu Haechan sedang keluar kamar ingin mengambil air di dapur jadi ia tau kedatangan sahabatnya itu, dan untung saja Shōtarō cepat datang menyusul kemudian langsung menyeret Yangyang masuk ke kamar si bungsu Lee.

Kalau saja Haechan tidak melihat Yangyang dan Shōtarō tidak menyusul, maka sudah di pastikan Taeyong Lee hanya tinggal nama sekarang.

"Apa kau gila?!" Tanya Haechan pada Yangyang yang tengah duduk di ranjangnya seraya menunduk. "Kau ingin membunuh Hyungku?!"

"Dia sudah menyakitimu" gumam pemuda bersurai pirang itu pelan.

Haechan semakin naik pitam, tapi ia berusaha untuk mengontrol emosinya. "Bukankah itu sudah biasa? Aku juga sering menceritakan nya padamu bukan? Lagipula aku baik-baik saja, tak ada luka di tubuhku!"

"Tapi hatimu terluka kan?" Tanya Yangyang seraya menatap manik mata si bungsu Lee. "Aku tau rasanya Hyuck, maka dari itu aku marah, kau sahabatku.."

Haechan mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Tapi kau kelewat batas, ini urusanku dan Taeyong Hyung, tak ada yang boleh ikut campur kecuali aku mengizinkannya"

Shōtarō yang duduk di sofa seraya menggenggam pisau milik Yangyang hanya bisa diam saja, karena jujur tadi ia butuh perjuangan saat kemari, dan sekarang bekas jahitan operasi pengambilan peluru di perutnya kembali terasa sakit. Ini akibat ia lari saat keluar dari mobil miliknya dan menyusul Yangyang tadi.

Deg.

Shōtarō membelalakkan matanya, ia tadi parkir tepat di depan pintu utama, wah parah, bagaimana jika para Hyungnya Donghyuck pulang? Dengan memegangi perutnya ia pun berlalu keluar dari kamar, tak lupa menyimpan pisau Yangyang di laci yang berada di bawah meja, tidak mungkin juga ia bawa kemana-mana, nanti kalau tidak sengaja bertemu orang di rumah ini ia akan di sangka penjahat.

Kembali lagi pada Yangyang dan Haechan yang masih saja berdebat soal Taeyong.

"Aku hanya ingin membantu menghilangkan masalahmu" ucap Yangyang.

Haechan mengusak surainya kasar. "Jika kau benar membunuh Taeyong Hyung, bukannya membantu tapi akan membuat dendam baru"

"Kau akan dendam padaku?" Pemuda itu menunjuk dirinya sendiri dan tentu saja di angguki oleh si bungsu.

Mau semarah atau sebenci apapun Haechan pada Taeyong mereka tetap saudara, mereka punya ikatan darah, dan bagi Haechan orang yang memiliki ikatkan darah atau ikatkan apapun dengannya harus ia jaga. Kecuali pemuda di hadapannya ini, karena kalian pun pasti sudah mengetahui jika Yangyang cenderung melindungi Haechan.

Bagi Yangyang, Haechan itu bisa di artikan... Segalanya? Kalian tau rasa cinta anak pada Ibunya? Nah seperti itulah yang di rasakan Yangyang pada Haechan. Meski akhir-akhir ini sikap Haechan cuek dan acuh terhadapnya, tapi dulu saat ia sedang gundah atau sedih maka maknae Lee orang yang pertama kali datang untuk menghiburnya.

Si Bungsu [Nct127, 00line]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang