10. Keluh kesah

5.6K 538 23
                                    

Halo Annyeong 👋


Sorry for typo dan penggunaan kata yang kurang tepat atau belibet🙏
.
.
.

Hari berganti hari, setelah malam penuh tangis itu Mark semakin perhatian pada Haechan. Walaupun tak selalu bersama si bungsu setiap saat tapi Mahasiswa seni itu akan meluangkan waktu lebih lama bersama Haechan, contoh menemaninya hingga tidur atau menemaninya belajar seperti sekarang.

Walaupun ada Joy dan pembantu di rumah, Mark masih menyempatkan waktu menemani maknae Lee belajar di ruang keluarga. Haechan sendiri tak ambil pusing akan hal itu, dia tau Hyung-nya hanya sedang sensitif makanya selalu ingin dekat dengan dirinya.

Haechan berpikir perilaku Hyung-nya itu termasuk dalam dampak putusnya hubungan Mark, ia tau karena si oknum sendiri yang memberitahunya.

"Kau tak ada kelas Mark?" Tanya Joy yang duduk di sofa dengan ponsel di tangannya.

Mark menoleh lantas menggeleng. "Aku ingin menemani Haechan, Noona. Tak apa kan?"

Joy tersenyum tipis. "Tak apa jika Haechan juga merasa nyaman"

Pemuda 19 tahun itu menoleh ke arah si bungsu yang tengah fokus pada bukunya. "Tak apa kan?" Tanyanya lagi dengan polosnya.

Haechan berusaha keras untuk tidak tersenyum, Mark dan wajah polosnya adalah kelemahan tersendiri baginya. "Eung" jawabnya se-datar mungkin.

Mark tersenyum senang lalu ikut fokus pada buku di hadapan maknae Lee, logaritma dan perhitungannya. Pemuda tampan itu lantas melirik sinis ke arah buku tersebut, bukanya tak suka, hanya saja dulu nilainya selalu rendah dalam mata pelajaran tersebut.

"Haechan-ah" panggilnya pelan.

Yang bersangkutan hanya berdeham pelan sebagai jawaban.

"Sejak kapan kau punya tindik?" Tanya Mark seraya menyentuh telinga maknae Lee dengan jari telunjuknya, walaupun tak pernah memilikinya tapi Mark tentu tau tanda bekas ini karena beberapa sahabatnya di kampus juga melakukan tindik.

"Eoh?" Sebenarnya Haechan kaget tapi ia berusaha menyembunyikan dengan ekspresi santainya. "Ini, aku pernah mencoba waktu sekolah menengah. Ternyata belum hilang" jawabnya dengan setenang mungkin walaupun sebenarnya ia gugup karena Mark menatapnya horor.

"Apa Taeil Hyung tau?"

"Eung, dia tau"

"Dan?"

"Dia tak membiarkan ku keluar rumah selama sebulan kecuali sekolah, dulu"

Mark terkekeh pelan lantas mengusak surai legam milik si maknae. "Pantas saja kau sangat rajin saat itu. Dan tak ku sangka kau lebih nakal dari yang kuduga" Mark ingin marah tapi dirinya tak ada hak akan hal itu, karena jika Taeil Hyung sudah memberikan hukuman, maka yang lain tak boleh menghakimi si oknum.

Contoh lebih jelas Taeyong, dia di bebaskan oleh Taeil dalam arti membiarkan Taeyong melakukan apapun yang dirinya suka tanpa harus izin, atau jika ada masalah Taeil tak ada hak untuk ikut campur urusan Taeyong begitu sebaliknya. Taeil seperti mengucilkan Taeyong tapi anggota keluarga lain tak berhak melakukan hal yang sama, karena Taeyong masih keluarga mereka.

Dalam rumah ini yang memegang kendali sepenuhnya adalah Hyung tertua, dia yang akan memutuskan hukuman apa yang pantas di dapatkan bagi anggota keluarga yang melakukan kesalahan. Tapi tak semuanya, jika itu masalah dua adiknya di rumah maka Taeil akan menjadi penengah, memastikan mereka berdamai.

Namun nyatanya, sampai saat ini Taeil belum bisa mendamaikan dua adiknya yaitu Haechan dan Taeyong, dua oknum yang sangat keras kepala dan tak mau mengalah.

Si Bungsu [Nct127, 00line]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang