Omelan yang sudah terdengar lebih dari setengah jam itu membuat telinga Winter panas, ini sudah jam 7 pagi. Tapi mamanya masih saja mengomel hanya perihal Winter yang telat bangun.
"Kamu tuh, malas sekolah apa bagaimana? Anak gadis itu harusnya bangun lebih pagi, bantuin mamanya beres-beres rumah." Winter mengangguk lagi dan lagi, sambil memakan nasi goreng buatan mamanya sebagai sarapan pagi.
Sungguh indah bukan? Sarapan pagi ditemani oleh omelan sang mama?
"Lihat tuh, kakakmu rajin banget. Jam 5 pagi udah bangun, udah mandi, udah siap berangkat kuliah. Kamu? Masih tidur, kayak engga niat mau sekolah." Bang! Winter makin malas saja rasanya jika sudah dibanding-bandingkan seperti sekarang.
Selera makannya hilang, teriakan memaki-maki dalam hatinya tidak bisa ia tahan lagi. Sampai kapan pun mungkin mamanya itu tidak akan pernah melihat kearahnya dan terfokus saja pada sang kakak. CK, sungguhan itu sangat menyebalkan.
Winter memakan dengan cepat nasi goreng miliknya, dan tanpa mengucapkan apapun ia segera meletakkan piring bekasnya di wastafel dan pergi meninggalkan mamanya yang masih mengomel.
Bahkan saat mamanya memanggil-manggil namanya; Winter tidak sama sekali mencoba untuk menoleh, sungguh anak yang durhaka.
"Itu anak, kayak engga diajarin sopan santun saja."
Hari pertama masuk sekolah setelah resmi menjadi anak SMA, harusnya sih Winter senang. Tapi ternyata tidak, paginya ia sudah diomeli oleh sang mama, dan sekarang ia juga sedang diomeli oleh guru BK karena terlambat.
Beribu alasan sudah Winter berikan, tapi sang guru tidak menerima alasan apapun. CK memang merepotkan sekali guru satu ini.
Dibawanya ia ke ruang BK, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat wajah Karina dan juga kedua sahabatnya, Yena dan Gisel.
Makin hancur saja moodnya hari ini. Winter duduk di samping Karina, karena itu satu-satunya kursi yang kosong. Gadis itu berusaha tidak peduli dengan wajah mengejek yang Karina tunjukan.
Bu Marni; guru BK yang memang tugasnya berpatroli untuk menertibkan para siswa dan siswi di sekolah Smansa ini. Dan tentunya beliau sudah mengenal siapa saja murid-murid yang selalu melanggar peraturan sekolah.
Seperti sekarang, Bu Marni menghela nafas lelah sambil mengambil penggaris kayu andalannya, "kalian lagi, kalian lagi." Ucapnya kepada Karina dan kawan-kawannya yang cengengesan.
"Halo Bu Marni, makin cantik euy." Kata Gisel.
"Iya nih, Bu Marni kalau dilihat-lihat wajahnya makin cerah engga sih?" Tanya Yena, menyenggol lengan Karina.
"Iya, pakai skincare apa Bu? Meni makin mulus euy wajahnya." Tambah Karina.
"Cerah matamu, engga lihat wajah saya dari tadi kesel? Lihat kelakuan kalian ini." Bu Marni melayangkan penggaris kayunya, membuat ketiga murid yang baru saja merayu nya ketakutan.
"Ampun Bu, saya masih mau hidup." Ucap Yena, ia berusaha menghindari penggaris kayu yang berada di depan matanya.
Winter tidak bisa menahan tawanya, ketika melihat wajah Karina yang ketakutan dan itu sungguh lucu baginya.
Ternyata kakak kelasnya yang songong itu takut juga terhadap Bu Marni, ya pastinya semua murid takut sih pada Bu Marni, apalagi jika beliau sudah membawa senjatanya. Penggaris kayu legendaris yang bisa memukul kaki atau telapak tangan kapan saja.
Bu Marni mengalihkan perhatiannya pada Winter, "kamu. Yang katanya telat karena diturunin sama tukang angkot dipinggir jalan, ibu tanya, ini kenapa kamu pakai kaus kaki warna pink?!"
Winter menelan ludahnya, "buru-buru saya, Bu. Jadi pakai kaus kaki mana saja, dari pada engga pakai kaus kaki sama sekali kan."
"Usahamu sia-sia, cantik. Karena ibu bakal ambil kaus kakinya." Balas Bu Marni, dan menyuruh Winter untuk membuka kaus kaki warna pink miliknya.
"Kalian, engga usah alasan. Sana lari di lapangan 10 keliling, hitung-hitungan olahraga pagi."
Karina dan juga kedua sahabatnya bangkit, keluar dari ruang BK dan melakukan pemanasan sebelum lari. Lihat kan? Mereka bertiga emang udah biasa lari di lapangan. Bahkan sampai pemanasan dulu.
Winter juga ikut keluar, dan karena Bu Marni tadi tidak menunjuk dirinya, ia akan segera pergi ke kelasnya dan ghibah bersama kedua sahabatnya menceritakan soal hari ini yang sangat menyebalkan.
"Kamu juga, 10 keliling ya."
Hilang sudah semangat Winter saat Bu Marni menepuk pundaknya, dan menyuruhnya untuk bergabung bersama ketiga kakak kelasnya itu.
Sepertinya mandi tadi sebelum berangkat sekolah menjadi sia-sia, karena sekarang tubuhnya malah sudah bau oleh keringat.
Winter terduduk di dekat ring basket, beristirahat karena capek sudah lari keliling lapang. Niatnya yang mau lari 2 keliling tadi malah tidak jadi karena Bu Marni mengawasi mereka.
Ini hari pertama sekolah, dan mengapa dirinya sudah kelelahan! Bukannya bersenang-senang bersama sahabatnya, ini malah dihukum berbarengan dengan kakak kelasnya yang songong.
Ngomong-ngomong soal si kakak kelas songong, dia sedang membeli minum di kantin tadi. Jadi sekitarnya menjadi damai karena tidak adanya kehadiran Karina.
Winter sudah mengabari kedua sahabatnya untuk membawakan minuman dingin ke lapangan, ia tinggal menunggu sambil sibuk mengipasi diri sendiri.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara rusuh dari ketiga orang yang datang mendekatinya.
Karina Hermawan mendekati Winter Gladis yang sedang duduk manis menunggu minuman untuk membasahi tenggorokannya yang kering.
"Mau minum?" Tanya Karina, mengulurkan satu botol air dingin pada Winter.
Winter menatap botol minuman itu lalu menatap Karina, hm tumben banget nih. Pasti ada apa-apanya.
Karina membuka tutup botol air mineral itu, dan langsung menyiramkannya ke arah Winter dan gadis itu segera menyingkir saat merasakan basah di rok seragamnya.
Karina menyiramkan air dingin itu pada rok abu-abu yang dipakai Winter. Sambil memperlihatkan smirk nya.
Hening, mereka berdua menjadi pusat perhatian murid-murid. Winter pun menatap tajam Karina, ia berjalan cepat dan menarik kerah seragam Karina yang tubuhnya lebih tinggi darinya.
Karina pun menatap Winter dengan tatapan mengejek, "apa?" Tanyanya.
Winter mengambil nafasnya, rahangnya mengeras menahan emosi. "Lo, bangsat banget ya ternyata." Balas Winter.
Karina mendorong pelan tubuh Winter, dan melepaskan tangan gadis itu dari kerah seragamnya. Karina membetulkan kerah seragamnya, dan menatap Winter seakan merasa bersalah, "upss. Maaf dek Winter, kakak engga sengaja. Kan dek Winter lagi kegerahan ya, kakak siram aja biar gerahnya hilang." Ucapnya dan tidak lupa tersenyum lalu pergi bersama kedua sahabatnya.
Dan bertepatan dengan Ningning juga Joyul yang baru datang dengan wajah panik, kalian telat njing.
"Winter, ayo ke toilet sekarang!" Joyul menarik Winter pergi dari lapangan, karena semakin banyak yang menyaksikan mereka.
Winter bungkam, kepalanya memanas, di dalam hatinya mencaci maki Karina, matanya begitu tajam.
Di siram oleh kakak kelasnya dengan sengaja di depan banyak orang, sungguhan Winter tidak akan pernah melupakan kejadian hari ini.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Only About US
Romance→_→ when K fell first but W fell harder. Grey, 2022