Buah Mangga

1.8K 215 4
                                    


Suasana di kantin begitu ramai dan berisik, ada yang kesal karena pesanannya belum juga dilayani, ada juga yang bucin, ada yang nyanyi-nyanyi seperti yang dilakukan Yena sekarang.

Dengan gitar kesayangannya, dia nyanyi sambil menggoda adik kelasnya yang lagi makan. Sambil menunggu Karina memesan makanan, dirinya pun beraksi untuk mendapatkan gebetan.

Belum juga dirinya memetik senar gitar, salah satu adik kelasnya yang bermuka judes itu mengusirnya. "Engga ada receh, kak. Maaf." Katanya.

Gisel tertawa terbahak-bahak, lalu menggeplak kepala Yena. "Muka Lo sih kayak pengamen, Yen!"

Yena memanyunkan bibirnya, makin terlihat seperti bebek saja. Minju yang melihat itu pun tersenyum gemas, "kak Yena mirip sama bebek!"

Makin saja Yena kesal, udah mah dikatain mirip pengamen, sekarang dikatain mirip bebek. "Dahlah males." Balasnya, lalu duduk dan menyimpan gitarnya di atas meja.







Karina datang dengan kedua tangan yang penuh dengan jajanan. Kakinya melangkah lebih cepat agar bisa menyimpan makanan dan minuman yang di pegang nya. Berat cuy.

Rasa kesal Yena pun pergi entah kemana, dirinya berjoget kecil melihat makanan kesukaannya yang sudah ada di atas meja.

"Mantap Karina!" Yena mengacungkan jempolnya.

Karina menghela nafas lelah, lalu duduk di samping Minju. Dirinya memberikan pesanan gadis itu, "Ju. Lo kalau mau seblak mendingan beli sendiri dah, penuh banget anjir. Mana cewek-cewek yang beli pada berisik lagi." Minju hanya tertawa saja mendengar Karina mengeluh.

"Makasih, kak. Lain kali kalau mau nitipin sesuatu buat Winter mendingan ke gue lagi aja, lumayan nih seblak gratis." Ucap Minju, dengan perlahan memakan seblak yang masih panas itu.



Karina menepuk punggung Gisel, lalu menyuruh untuk memijat pundaknya yang langsung dituruti oleh sahabatnya itu.

Yena menyeruput mie ayamnya, lalu memukul-mukul meja dengan rusuh, "Rin. Itu si Winter!"

Karina dan Gisel menoleh ke belakang, melihat Winter sedang bersama dengan kedua sahabatnya dan pacarnya. Jaraknya tidak terlalu jauh sih dari tempat duduk mereka.


"Winter Gladis, anak bungsu dan punya satu kakak, ayahnya meninggal dua tahun yang lalu. Mamanya kerja di toko baju, kakaknya kuliah. Rumahnya cat warna ijo, terus pagar rumahnya warna hitam." Karina, Yena dan juga Minju menganga mendengar informasi dari Gisel.

"Niat banget Lo nyari tahu," celetuk Karina sambil mengunyah cimol punya Gisel.

"Gue pengen dimsum." Balas Gisel, tangannya mengadah, meminta uang untuk beli makanan yang diinginkannya. Bayaran karena sudah memberi tahu informasi tentang Winter.

Karina menggeplak kepala sahabatnya itu terlebih dahulu, sebelum merogoh sakunya dan memberikan uang pada Gisel.

"Gi, cariin informasi buat gue juga dong." Katanya Yena.

"Mau nyari tahu tentang siapa emang?"

"Itu, temennya Winter. Si Joyul."


Gisel terlihat berpikir, lalu mengangguk. Dirinya menoleh ke arah Joyul yang sedang tertawa sambil makan siomay. Gisel mengambil nafas terlebih dahulu dan berdiri. JOYUL!" Teriaknya.

Yena melotot, panik saat mereka jadi pusat perhatian. Duh ini gawat! Yena berdiri dan berniat ingin menutup mulut sahabatnya itu namun sudah terlambat karena Gisel berteriak kembali.



It's Only About US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang