Hari Senin pagi, sudah diwajibkan bagi seluruh warga sekolah untuk melaksanakan upacara bendera terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran.
Malas sih sebenarnya, tapi ketika ada guru yang memberi amanat untuk semangat mengikuti upacara, karena saat masa lalu para pahlawan sudah dengan susah payah untuk membuat Negera Indonesia merdeka; para murid pun sadar diri dan mengikuti upacara sampai selesai.
Cuaca hari ini entah mengapa masih pagi tapi sudah panas. Winter yang baris di belakang dan terkena sinar matahari mengeluh sedari tadi, kepalanya mendadak pusing dan tubuhnya lemas sekarang.
"Ning, gue engga kuat." Katanya Winter ke Ningning yang berada di sampingnya. Tangannya berpegangan erat pada lengan Ningning.
"Gue panggilin dulu PMR." Balas Ningning, lalu menoleh ke belakang dan melihat Karina juga yang tengah bersama salah satu anak PMR, kakak kelasnya itu pasti berpura-pura sakit agar tidak mengikuti upacara.
Karina menatap Ningning juga dan beralih ke Winter yang terlihat nyaris pingsan, maka dirinya berhenti dulu lalu mendekat ke arah adik kelasnya itu.
Dan benar saja, Winter hampir terjatuh kalau saja Karina tidak segera menahannya. Dengan cepat, Karina mengangkat tubuh mungil itu dan membawanya ke UKS. Anak PMR yang tadi bersama Karina terkejut karena tadi ia mendengar Karina mengeluh pusing berat dan lemas, eh sekarang malah bisa gendong orang.
Semua anak cewek yang melihat Karina menggendong Winter pun teriak gemas, membuat upacara sedikit terganggu.
Karina sedikit panik melihat Winter yang terpejam, "Win?"
"Hm?" Gadis itu membuka paksa matanya, melihat tatapan khawatir Karina.
"Lihat gue aja, jangan nutup mata, ya." Katanya Karina, mengalihkan fokusnya terhadap jalanan agar dirinya dan juga Winter tidak terjatuh.
Winter pun menurut, ia berusaha agar tidak menutup matanya. Menatap wajah Karina yang sekarang di penuhi oleh keringat, nafasnya terengah-engah.
Sesampainya di UKS, tubuhnya diturunkan perlahan di ranjang. Lalu Karina menggeser posisinya agar suster bisa memeriksa Winter.
Suster mengecek suhu tubuh Winter menggunakan termometer, karena merasa kegerahan dan juga pengap karena banyak murid yang mengerumuninya; Winter menatap Karina yang berada di belakang suster. "Pengap." Katanya parau.
"Bubar! Bubar!" Karina mengusir para murid yang berada di dekat ranjang Winter.
Setelah termometer berbunyi, suster memeriksanya dan melihat suhu tubuh Winter.
38,2 derajat Celcius.
"Demam. Nanti saya bikin surat izin agar kamu bisa pulang dan istirahat di rumah, jangan lupa nanti periksa ke dokter. Sekarang minum dulu aja obat Paracetamol, ya." Suster itu menyimpan kembali termometernya. Lalu mengelus rambut Winter, "sudah makan?"
Winter dengan lemas menggeleng, membuat suster itu menghela nafas.
"Karina? Tolong belikan Winter sarapan agar dia bisa minum obat dan cepat istirahat." Suruhnya dan langsung Karina bagai kilat menghilang dari UKS dan pergi ke kantin.
Karina telah sampai di kantin, dirinya tengah berpikir untuk membeli makanan apa, karena pastinya jika di beri nasi; Winter akan menolak. Beli bubur pun jauh, jadi Karina memutuskan untuk membeli roti yang banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Only About US
Romance→_→ when K fell first but W fell harder. Grey, 2022