Cedera

2.1K 224 11
                                        





"Fokus ya. Mereka lawan Lo, jangan sampai terganggu." Yeji mewanti-wanti Karina. Hari ini tanding basket antar sekolah Smansa dan Smanday. Banyak yang menunggu hari ini, mereka penasaran akan siapa yang bakal memenangkan pertandingan.

Karina tertawa, dia menepuk-nepuk pundak Yeji. "Tenang aja, emang gue bakal ngapain?"

"Ya bisa jadi Lo mengalah, apalagi cewek Lo Smansa kan, takutnya Lo malah sengaja kalah." 

Sekarang giliran Ryujin yang tertawa, dia menggeplak kepala sahabatnya, "pacar Lo juga Smansa, tuh." Telunjuknya terarah pada gadis yang sedang melambaikan tangannya ke arah mereka, itu Lia bersama dengan teman sekelasnya.

"Oh iya, tapi gue engga seromantis itu sampai sengaja kalah biar cewek gue seneng." Yeji geleng-geleng.

"Siap-siap, 10 menit lagi pertandingan dimulai."  Seorang wasit memberi tahu agar setiap tim segera bersiap-siap.

"Siap pak!"


Tidak bisa berkompromi, mules di perutnya tiba-tiba terasa, Karina meringis, dia menepuk pundak Ryujin. "Gue ke toilet sebentar!" Dia berlari kencang.

Ryujin geleng-geleng, dan saat melihat jam dipergelangan tangannya, dia melotot. "Karina, bentar lagi mau dimulai woy!" Teriaknya, namun sia-sia karena Karina sudah menghilang dari pandangan.














































Karina menghela nafas lega saat mules diperutnya tidak terasa lagi, dia berlari kecil menuju lapang. Namun lagi dan lagi, ada yang menghalanginya.

Ziano, ketua basket SMA Smansa. Lelaki itu memandang Karina remeh.

Karina mengernyit heran, ini sudah waktunya pertandingan dimulai, tapi mengapa ketua basket tim lawannya itu berada disini sekarang?


"Apaan?" Tanya Karina.


Ziano tertawa, "ternyata, alasan Winter nolak gue itu karena Lo, haha. Dilihat dari apapun, gue lebih baik dari Lo." Cowok itu memperhatikan Karina dari atas sampai bawah.

Karina menganga, "maksud Lo?"

Cowok bertubuh tinggi itu mendekat ke arah Karina, "dua kali, gue ditolak sama Winter dan alasannya tetap sama. Cih, berandalan yang berani nonjok Kepala Sekolah ini," telunjuknya terarah pada Karina, "alasan dia nolak gue."

Karina tertawa, dia geleng-geleng kepala. "Dude, she's just not into you."

"Kalau cewek Lo, gue antar jemput pakai roda empat, gimana ya nasib roda dua Lo itu?" Tanya Ziano, dia menyeringai.

"Gimana kalau kita tanding yang lain? Kalau tim gue menang, Lo jauhin Winter, dan kalau tim gue kalah, gue nyerah deh."

Cih, Karina ingin menonjok cowok di depannya ini sekarang juga. Belagu banget bangsatttt.


"Winter mabok kalau mobil Lo pakai Stella jeruk." Suara cewek yang sudah dikenalnya itu terdengar, Joyul berdiri di samping Karina.

"Lagian, Lo mau jadi supirnya Winter? Pakai anter jemput segala. Mendingan balik ke lapang sana, ketua basket kok berkeliaran sih." Disusul dengan Ningning.

Karina tersenyum terharu, kemudian sorot matanya menatap tajam kembali pada Ziano. "Lagian, cewek gue engga semurah itu dijadiin taruhan."

Karina menjaga Winter bak berlian yang mahal harganya, dan Ziano dengan gampangnya menawarkan taruhan? Gila kali. Karina mana mau mempertaruhkannya.

It's Only About US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang