(++)

3.1K 218 14
                                    


Suara dering telpon memenuhi ruangan, seseorang yang sedang fokus dengan pekerjaannya teralihkan pada ponsel yang bergetar dengan memperlihatkan nama kontak sang tunangan.

Karina Hermawan menghela nafas lelah, ia meregangkan otot-otot nya dan mengambil ponsel pintar itu lalu menjawab panggilan.


"Halo? Sayangku ini kenapa masih bangun jam segini?"

"Hiks-hiks."  Bukannya suara lembut yang menjawab pertanyaannya melainkan suara Isak tangis gadisnya yang terdengar begitu menyakitkan.

"Hah? Winter, kamu kenapa?" Karina yang awalnya menyandar di kursi itu langsung menegakkan tubuhnya.

"L-lagi dimana?" Tanya Winter.

"Di kantor, ini aku masih bikin laporan."

"Oh, yaudah."

Pip.


Karina menganga, dia menatap layar ponselnya. Panggilan telpon ditutup begitu saja tanpa ada penjelasan mengapa tunangannya itu menangis. Detik berikutnya Karina segera mematikan laptop dan memakai blazernya. Lalu mengambil kunci mobil dan pergi dari ruangannya.


•~•


Suara dentingan kunci terdengar, lalu pintu terbuka perlahan menampakkan Karina dengan wajah khawatir nya.

Semua ruangan sudah gelap, dia buru-buru naik ke atas dan membuka pintu kamar milik sang tunangan.

"Winter, kenapa? Hey, aku disini. Kamu kenapa? Ada apa? Apa yang bikin kamu nangis? Siapa?" Karina membanjiri pertanyaan saat mendengar Winter terisak di bawah selimut.

Winter menurunkan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, dan menatap Karina dengan mata yang penuh air mata.

"Sayang..." Karina menghela nafasnya, dia duduk di tepi ranjang dan membawa tubuh mungil si tunangan masuk ke dalam dekapannya.

"Aku lagi datang bulan." Katanya Winter akhirnya membuka suara.

Sontak usapan lembut di kepalanya terhenti, Karina menatap Winter dengan keningnya yang mengerut.

"Jadi itu alasannya kamu nelpon aku? Bikin panik sampai-sampai aku harus minta Gisel buat kerjain laporan biar aku bisa pulang untuk memastikan tunanganku ini aman dan ternyata dia nangis karena datang bulannya?"

Winter mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu dengan polosnya dia menjawab, "iya."

Karina menghela nafasnya lalu menciumi seluruh wajah sang tunangan. "Bikin khawatir tahu engga? Aku kira kamu kenapa-napa, aku kira kamu diculik, atau aku kira ada maling."

Winter tersenyum lebar dan memeluk erat tubuh Karina, "i love you~" ucapnya.

Karina terkekeh geli lalu melepaskan pelukannya, "sakit perutnya?" Tanyanya dengan lembut.

"Huum." Winter mengangguk.

"Aku bikin susu hangat ya? Kamu tunggu disini bentar."

Winter hendak mengangguk dan menarik selimut kembali, tapi tidak jadi. Gadis itu perlahan naik ke pangkuan Karina dan melingkarkan lengannya erat-erat di leher sang tunangan. "ayo." Katanya sedikit antusias.

Karina tertawa dan memegangi paha si tunangan erat, agar tidak jatuh. Dia mulai bangkit dan pergi menuju dapur.

Sepanjang perjalanan mereka, Winter terus mengoceh. Sudah lama dia tidak bertemu Karina maka dari itu dia terus bercerita soal hari ini. Dan Karina dengan senang hati mendengarkan.

It's Only About US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang