Mimpi

1.5K 183 3
                                    




Biasanya rumah Karina akan didatangi oleh sekumpulan orang-orang rusuh, main game, nonton film, atau hanya numpang makan dan tidur. Namun kali ini tidak seperti biasanya, karena malam ini mereka hanya diam di balkon, ditemani oleh suara petikan gitar yang dimainkan oleh Yena, asap rokok menyebar ke seluruh area itu.

Beberapa bulan ini, kamar Karina yang berantakan sekarang selalu rapih, yang biasanya banyak kaset game atau buku-buku komik sekarang penuh dengan buku kamus bahasa Korea. Setiap weekend Karina juga harus mengikuti les privat bahasa Korea di rumahnya.

Jadi, tidak ada kata main-main sekarang, mengingat jika mereka sudah berada di tingkat akhir yang sebentar lagi kelulusan akan tiba dan naik ke tingkat yang lebih tinggi.





"Gimana bahasa Korea lo?" Tanya Gisel, sambil mengunyah pisang goreng buatan Ibu Karina.

"Lumayan lah, gue setidaknya mengerti apa yang mereka katakan walau masih bingung ngejawabnya gimana." Jawab Karina.

"Coba perkenalan pakai bahasa Korea dong." Pinta Yena, dia ingin melihat sahabatnya berbicara bahasa Korea.

Karina berdiri lalu sedikit membungkukkan badannya,  "annyeonghasimnikka, je ireumeun Karina-imnida." Ucapnya.


"Niat ya Lo." Balas Yena, tidak lupa bertepuk tangan.

Karina tertawa, lalu mengacak rambut Yena. "Harus niat dong."

"Gisel lanjut kuliah di luar negeri juga, Karina juga. Gue sendirian di Indonesia." Yena mencurahkan isi hatinya, "gue pengen waktu berjalan lambat, soalnya gue engga mau pisah sama kalian."


Suasana menjadi mellow seketika.

Ngerti sih sama yang dirasain Yena. Dipertemukan oleh pendidikan dan dipisahkan oleh masa depan, mereka bertiga punya cita-cita sendiri dan jalan hidup mereka sendiri.


"Apanih, lagi galau kalian bertiga?" Irine datang sambil membawa minuman.

"Biasalah kak, overthinking soal masa depan, haha." Jawab Gisel, dia membantu Irine untuk menyimpan minuman di atas meja.

"Ngomong-ngomong, kapan lo berangkat?"

"Kemungkinan setelah dapat ijazah? Lagian ayah pengen cepet-cepet gue ke sana kan."

"Bentar lagi dong, Rin." Yena menunjukkan raut sedihnya. "Lo udah kasih tahu Winter soal ini?"

Karina menggeleng sebagai jawaban.


Irine menjitak kepala adiknya, "bodoh banget punya adik. Lo harus bilang bego, lebih cepat lebih baik."


"Iya nih, Karina gimana sih."



Yena menarik Karina untuk berdiri, dan memberikan kunci motornya lalu ia membantu memakaikan jaket ke tubuh Karina. "Pergi sekarang dan bilang ke Winter soal lo yang mau kuliah di luar negeri."

Karina melihat jam yang menunjukkan pukul 11 malam, ia menggeleng kuat. Tidak mungkin dia akan bertamu di jam segini kan? Winter dan keluarganya mungkin sedang beristirahat sekarang.

Irine menghubungi seseorang, dan memberikan ponselnya pada Karina. Saat ia tahu siapa yang di hubungi oleh kakaknya itu, matanya sedikit melebar. "Halo kak Umji, selamat malam."

"Kuncinya udah gue buka, lo kalau mau ke rumah langsung masuk aja ya, gue mau nonton Drakor dulu."


Pip.


It's Only About US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang