Already

1.7K 210 7
                                    







"Aku mau putus. Hubungan kita sampai sini aja, aku udah engga mau berjuang sendirian lagi, capek."

"Maksud kamu? Kalau soal yang kemarin aku bisa jelasin." Veno mengambil kedua tangan Winter untuk digenggam.

Winter mencoba melepaskan tangannya tapi genggaman Veno sulit sekali untuk dilepas.


"Lo bilang gue ini mantan, kan? Yaudah ayo kita jadi mantan." Nadanya begitu tajam, Winter sudah muak karena Veno merasa tidak punya salah sama sekali.

"Apa?!" Suara Veno ikut meninggi.

"Lo selingkuh, Lo tidur sama cewek lain, Lo mesra-mesraan sama cewek lain, Lo bohong, dan Lo masih engga mau mengakui kesalahan lo itu? Lo engga tahu kalau diri Lo itu brengsek?!"

Sekali lagi, Winter mencoba melepaskan tangannya karena genggaman Veno mulai terasa sakit. Lelaki itu terlihat emosi sekarang.

Dengan sekali tarikan, Winter sudah membelakangi tubuh Veno, dengan cepat juga Veno memeluk tubuh mungil Winter. "Jadi, Lo mau gue unboxing juga hah?!" Tangan kanannya mulai menyentuh perut gadis itu.

Winter memberontak saat merasakan salah satu tangan Veno meremas payudaranya, "lepasin anjing!" Teriaknya.

"Engga, gue belum rasain Lo secara langsung. Setelah itu, baru deh kita putus." Veno melepaskan dasinya lalu mengikat tangan Winter menggunakan dasi itu.




#~#




Di warung belakang ada Karina, Gisel dan Yena lagi ngobrol sambil nyebat. Warung belakang ini tempat markasnya mereka bertiga, disini bisa tidur, mabal, nyebat dan yang lain-lain.

Karina terlihat melamun, kayak banyak banget pikiran di otaknya. Dan Yena sadar akan diamnya sahabatnya itu.

"Kenapa?" Tanya Yena.

Karina menggeleng kecil, lalu menghisap kembali rokoknya.

Gisel tertawa lalu menepuk-nepuk pundak Karina keras, "Rin. Kita kenal engga satu hari dua hari, jujur dah. Lo kenapa hah?"

"Winter?" Tebak Yena.

Melihat Karina masih terdiam membuat Yena berdecak kesal, dengan cepat buku-buku tangannya yang terkepal itu mendarat tepat di pipi Kanan Karina. Yena meninju wajah sahabatnya itu.

Gisel menyemburkan teh pucuk dingin dari mulutnya karena terkejut oleh perlakuan si Yena yang tiba-tiba.

"Sadar goblok! Udahlah engga usah mikirin lagi si Winter!" Bentak Yena emosi.

Karina yang dipukul hanya diam saja, tidak membalas meninju lagi atau membentak kembali sahabatnya. Dia bangun dan terduduk.

Beberapa detik kemudian, Joyul datang dengan wajahnya yang panik dan juga pucat. Yena ikut panik juga lihat pacarnya, dia menangkup pipi Joyul.

"Kenapa?" Tanya Yena.

"W-winter...." Suara Joyul bergetar.

Seolah terkena mantra yang mampu menyihir seluruh perhatiannya, Karina langsung mendongak ketika mendengar nama cewek itu disebut, "Winter kenapa?"

"Dia t-tadi izin ke gedung belakang bareng sama Veno, katanya Winter mau putus sama Veno. Terus aku nganter Ningning ke gerbang karena dia udah dijemput ayahnya, terus aku balik lagi ke sekolah dan Winter engga tahu dimana sekarang, aku udah nelpon keluarganya tap-"



Gawat.

Karina berdiri lalu mencengkeram erat pundak Joyul, "panggil guru, siapapun itu ke gudang belakang sekarang." Suruhnya begitu serius.

It's Only About US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang