Cinta Itu Buta dan Tuli~

2.1K 233 5
                                    




Terlihat begitu benci namun ternyata tidak, itu yang terjadi pada Karina sekarang. Dirinya tidak membenci Winter, malahan dirinya ingin sekali menyelamatkan Winter dari pacarnya bernama, Veno.

Jujur saja, Karina sebenarnya naksir sama adik kelasnya itu.

Iya, bagaimana tidak naksir coba? Saat pertama MOS dilaksanakan, Winter sudah terlihat begitu menarik, suaranya merdu, wajahnya cantik, tubuhnya yang mungil dan pendek itu rasanya nyaman sekali jika dipeluk.

Betul, nyaman sekali. Tapi sakit sekali saat mengetahui ternyata Winter sudah berada di pelukan orang lain.

Sebelum tragedi siram menyiram yang dilakukan oleh kedua orang itu; Karina sudah menaruh semua atensinya kepada Winter seorang. Tidak peduli jika gadis itu sudah memiliki pacar.

Bodoh sekali bukan? Itu sama saja menyakiti diri sendiri. Namun sudah rahasia umum jika seseorang yang jatuh cinta mendadak tuli dan buta, mau seberapa banyak orang yang mengingatkan dan memperingati akan menjadi sia-sia. Yang ada nantinya seseorang yang sedang jatuh cinta itu merasa sakit dan sadar saat cintanya bertepuk sebelah tangan, dan kembali lagi pada teman-teman yang sudah memperingatinya sedari awal namun tidak ia dengar.

Karina pun sama saja, sudah diingatkan oleh kedua sahabatnya jika Winter sudah milik orang lain; namun hatinya Karina menyuruh untuk tetap menaruh atensinya pada gadis itu. Hanya Winter saja, tidak ada yang lain.


"Gue harus apa? Usaha gue harus sekeras apa? Harus berapa banyak yang gue korbanin? Harus seberapa banyak waktu yang gue butuhin?" Pertanyaan yang sangat banyak itu terus berulang-ulang diotak Karina. Itu menganggu sekali sebenarnya.

"Rin, Lo engga perlu berjuang keras. Lo engga bakal sama sekali terlihat karena Winter tidak menaruh atensinya ke diri Lo." Jawaban dari Yena terdengar begitu menyakitkan tapi itulah kenyataannya.




Mau seberapa keras Karina berjuang, jika Winter tidak memperdulikan bahkan tidak sama sekali melihat usaha Karina; maka semua itu akan sia-sia.

"Alasan Lo suka sama dia karena apa?" Tanya Gisel penasaran, apa yang Karina lihat dari Winter.

"Gue awalnya jatuh cinta karena wajah cantiknya, keesokkan harinya gue jatuh cinta karena sifatnya yang lucu, bahkan ketika dia lagi diem aja gemesin. Lusanya, gue jatuh cinta sama suara dia, waktu dia nyanyi lagu wajib Nasional karena dihukum. Dan hari keempat, gue jatuh cinta karena senyumannya. Gue baru sadar kalau senyum dia begitu berarti banget buat gue, dan hari kelimanya...." Karina terdiam sebentar untuk mengambil nafas, "...gue patah hati karena ternyata dia udah dimiliki orang lain, dan lebih patah hati lagi karena dia jatuh cinta sama orang yang salah."

Hening, hanya terdengar suara kendaraan yang berlalu-lalang. Kamar Karina yang biasanya bising oleh suara mereka sekarang menjadi sepi karena pengakuan dari si pemilik kamar.

Siapa yang mengira jika Karina Hermawan membenci Winter Gladis? Yang membenci itu hanya satu orang saja, yaitu Winter seorang sedangkan Karina malah sebaliknya.

"Rin, mereka bentar lagi satu tahun." Ucap Yena, dan Karina hanya mengangguk.

Mengapa mereka tahu? Wong Veno kan cerita. Bahkan mereka bertiga diundang nanti ke perayaannya satu tahun hubungannya Veno sama Winter.

"Gapapa kalau semisal perjuangan gue engga terlihat, bahkan engga dihargai sama sekali. Setidaknya gue udah melakukan apa yang ingin gue lakukan, dan tentunya gue engga mau ada penyesalan." Katanya Karina, menatap kedua sahabatnya. Secara tidak langsung Karina mengharapkan support dan sedikit bantuan dari kedua sahabatnya itu.

Yena dan Gisel mendekat, merangkul Karina dan menepuk pelan pundaknya. "Kita selalu dukung Lo, Rin. Kita selalu disini."



^~^


Winter berjalan menuju ke kelasnya, firasatnya sih hari ini akan menjadi hari yang baik, dan semoga saja memang begitu kebenarannya.

Sambil bersenandung kecil, gadis itu menengok ke kanan-kiri untuk mengenali wajah-wajah teman sekolahnya. Ia juga pastinya harus mempunyai teman selain Joyul dan juga Ningning.

Saat dirinya mau menaiki tangga, seseorang tiba-tiba memanggil namanya. Dan Winter otomatis berhenti, menoleh ke arah seseorang itu.

Oh, itu anak kelas 10. Cewek itu juga mengikuti eskul PMR. Winter selalu melihat dia saat upacara di belakang barisan.


"Ada apa, Minju?" Tanya Winter.

Cewek bernama Minju itu tersenyum, lalu menyerahkan satu kresek putih yang entah isinya apa. "Tadi pak satpam nitipin ini, katanya buat Winter. Engga tahu dari siapa, engga ada namanya."

Winter menerima kresek itu, memeriksanya juga. Alisnya bertaut saat mengetahui isi dari kresek itu, ternyata adalah makanan favoritnya.

"Pak satpam juga engga tahu ini dari siapa?" Tanya Winter.

"Katanya itu dikirim pakai Go-Jek, jadi engga ditanya siapa pengirimnya." Jawab Minju.

"Okey, makasih ya, Minju."

Siapapun orang yang mengirim makanan ini, Winter sangat berterimakasih. Walaupun sebenarnya gadis itu penasaran siapa si pengirim.

"Gue duluan, ya." Pamit Minju dan Winter mengangguk, melambaikan tangannya.

Lasagna atau lasagne. Makanan tradisional Italia yang sangat disukainya. Apakah benar firasatnya bahwa hari ini akan menjadi hari yang baik? Jika begitu, maka Winter akan sangat senang.

Dan akan merasa lebih senang lagi jika dirinya tidak bertemu dengan Karina, namun itu mustahil karena mereka kan satu sekolahan.

Seperti sekarang, wajahnya yang menampilkan senyuman itu hilang seketika saat mendengar suara tawa Karina dan kedua sahabatnya yang sama-sama biang rusuh.

Karina pun menyadari jika Winter memperhatikannya tadi, maka dari itu dia menghampiri gadis itu. Dan tersenyum saat melihat kresek ditangan kanan Winter.

"Wihh, lasagna kayaknya enak tuh dijadiin sarapan." Kata Yena.

Gisel tertawa lalu menggeplak belakang kepala Yena, "engga usah banyak gaya, yang setiap harinya sarapan sama bubur ayam mah diem aja!"

Karina tertawa, "makan lasagna tapi minumnya pop ice, mana pake plastik lagi." Kata Karina saat melihat tangan kiri Winter memegang plastik pop ice rasa coklat and cream.

Winter memutar bola matanya malas, "aduh masih pagi udah denger suara radio butut. Bisa-bisa sakit nih telinga gue nanti." Balas Winter, lalu ia melangkah menaiki tangga tanpa harus memperdulikan ketiga kakak kelasnya itu lagi.






















































"Masih untung gue makan bubur ayam, bukan bubur babi!" Katanya Yena.

Karina menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu, "Yen. Lo engga akan jadi haram kok kalau Lo makan babi."

Yena menaikkan satu alisnya, "kenapa gitu?"

Gisel tertawa, "soalnya sama-sama babi."

"Masih pagi ini tolong jangan buat saya emosi." Yena mencoba untuk sabar, walaupun sebenarnya tangannya udah gatel pengen nyekek leher kedua sahabatnya itu.

Gisel menghentikan tawanya, lalu menyikut lengan Karina, "Lo harus traktir si Minju. Dia udah bohong tuh buat bantuin Lo."

Karina mengangguk, "yoi dong. Tapi yang ngajarin si Minju boong itu bukan gue, tapi si Yena. Pake bawa nama pak satpam segala."

"Gapapa, lagian kan biar engga curiga." Balas Yena. Masalah cari alasan untuk bohong, emang dia sih jagonya.

Dan masalah untuk cari informasi tentang seseorang, Gisel jagonya. Maka dari itu, misi pagi ini sukses dengan bantuan tiga orang yang harus Karina balas dengan mentraktir saat jam istirahat nanti.



To be continue...

It's Only About US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang