Rindu

1.8K 192 6
                                    




Satu Minggu berlalu begitu cepat, akhirnya seluruh murid SMA Smansa bisa menghela nafas lega, bisa tertidur dengan tenang dan makan dengan enak. Ujian akhir semester sudah berakhir sekarang tinggal menunggu hasil dan bagi rapot kenaikkan kelas.

Untuk merayakan selesainya ujian; Winter bersama seluruh teman sekelasnya pergi menonton film di bioskop setelahnya mereka makan malam bersama. Winter pulang setelah diantar pulang oleh Ningning menggunakan mobil ayah gadis itu.

Winter merebahkan diri di atas kasur dengan pakaian yang masih belum diganti, seharian ini dia banyak tertawa dan bersenang-senang. Sudah lama rasanya tidak merasakan kebahagiaan, tapi rasanya masih ada yang kurang.

Si musim dingin sibuk menatap langit-langit kamar, sekarang pukul sepuluh malam. Biasanya dijam segini dia sibuk membaca dan mempelajari materi pelajaran, tapi sekarang berbeda, ujian sudah berakhir.

Satu orang muncul di dalam pikirannya; Karina Hermawan. Lagi apa dia? Lagi sama siapa dia? Apa kabar? Sehatkan? Banyak sekali pertanyaan tentang Karina dalam pikiran Winter. Satu Minggu tidak bertemu, satu Minggu tidak mendengar suaranya dan satu Minggu Winter menahan rindu.

Apakah ini yang dinamakan karma? Dirinya yang awalnya membenci Karina sekarang malah memikirkannya. Apalagi jika Karina bertingkah manis kepadanya, sudah dipastikan Winter akan mengingatnya sepanjang malam.

Memang benar kata Dilan; Rindu itu berat. Lebih berat lagi jika menahan rindu sendirian.

Winter memejamkan matanya, berusaha melupakan sejenak semua yang ada di dalam pikiran dengan cara tertidur. Gadis itu menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.



Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu merusak rencana, Winter dengan berat hati bangun dari tempat tidurnya. Membukakan pintu dan melihat Umji sedang membawa satu kresek hitam.

"Ada yang nyariin di bawah, sana samperin." Katanya, lalu kakaknya itu pergi ke kamarnya sendiri.

"Bertamu di jam segini, siapa sih?" Tanya Winter dalam hati, dia memakai kembali jaketnya lalu pergi ke bawah.

Winter membuka pintu rumahnya, dan saat melihat wajah sang tamu; senyumnya muncul secara tiba-tiba. Dia berteriak senang di dalam hatinya.

Itu Karina! Orang yang dia rindu ada di hadapannya sekarang!


"Kenapa? Ada perlu?" Tanya Winter, ia menutup kembali pintu rumahnya dan menyuruh Karina duduk di kursi yang ada di teras.

"Ada, ini aku mau ngasih ceker ayam." Jawab Karina, menyimpan kresek di atas meja.

Winter tertawa kecil. "Kamu mau bikin tulisan ku jelek kayak tulisan tangan mu?"

"Eitss tentu tidak. Kamu harus tahu, ceker ayam itu membantu otak menjadi pintar. Jadi kamu harus banyak makan ceker ayam, biar pinter." Jawab Karina, dia sekarang seperti tukang jualan yang sedang menawarkan jualannya.

"Makan ceker ayam tapi engga belajar mah sama aja bohong."

Karina tertawa geli, lalu ia tersenyum sambil menatap Winter. Yang ditatap tentunya salah tingkah, dia menutupi mata Karina dengan telapak tangan.

"Kenapa?" Tanya Karina, dia tidak memindahkan tangan Winter dari wajahnya.

"Jangan dilihatin gitu, malu." Jawab Winter.

"Lho?" Karina menurunkan tangan Winter, "satu Minggu engga ketemu, kamu makin cantik aja. Makan apa sih?"

Pipinya terasa panas, Winter menggigit bibirnya sendiri. "Gombal ah!" Dia memukul pundak Karina lumayan keras.

It's Only About US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang