"Ayah." Panggil Kaylee untuk kesekian kali.Anak itu agaknya sedikit kesal karena sejak lima belas menit yang lalu masih juga belum digubris oleh ayahnya.
Kacang polong yang berserakan di atas meja tidak lagi menarik, sama halnya dengan kartun doraemon yang masih tayang di layar televisi.
"Kalo ayah nggak noleh ke Kay, Kay jamin tab ayah bakal melayang secepatnya!" Ancamnya.
"Mending kamu keluar dari ruangan ayah sekarang Kay, ayah lagi gak mau berdebat sama kamu." Ucap Jeno tanpa mengalihkan mata dari tab.
Kaylee itu sudah besar, tapi bandelnya sama persis seperti ayahnya saat muda.
Banyak yang bilang penyebab Kaylee menjadi anak yang bandel adalah karena kurang kasih sayang dari orang tuanya. Sebab Jeno terlalu sibuk berkutat dengan banyak pekerjaannya. Sebab Kaylee hanya serumah berdua dengan ayahnya.
"Ayah kan udah janji mau nemenin Kay beli gitar!" Sentak Kaylee agak keras. Tampaknya anak itu sudah berada di ujung kesabarannya.
"Beli gitar bisa nanti malem Kaylee, kamu gak lihat ayah masih kerja?" Tegas Jeno yang kini menatap tajam putranya.
Dengan santai Kylee mencibir, bibirnya mencebik keluar, kakinya mulai ia naikkan ke atas sofa.
"Kelamaan."
Jeno tidak bisa menyalahkan kelakuan Kylee yang tidak sopan, karena mau bagaimanapun dia sendiripun seperti itu. Lelaki itu memilih diam, kembali sibuk berkutat dengan banyaknya tuntutan klien dari firma hukumnya.
Iya, Jeno adalah seorang pengacara muda yang sudah mendirikan sendiri firma hukumnya. Dan tahun ini, seolah dapat rejeki dari langit, namanya naik daun di tengah kasus-kasus hukum.
Berbondong-bondong orang mendatangi firmanya untuk membeli jasa. Kemampuan berdebat dan bagaimana cara lelaki itu menyelamatkan kliennya sudah di akui.
Maka Jeno tidak akan melepaskan tumpukan pekerjaannya hanya untuk mengantar Kylee membeli gitar. Firma hukumnya lebih penting dari apapun karena ia membangunnya sendiri.
"Ayah sayang sama aku nggak sih?" Tanya Kylee sinis.
"Ayah lebih milih pekerjaan dari pada Kylee?"
"Yaiyalah, pekerjaan ayah menghasilkan uang, kamu ngabisin uang." Tepat setelah Jeno menjawab Kylee langsung melempar tatapan membunuh, mungkin jika mereka hidup dalam dunia anime sudah pasti mata Kylee mengeluarkan laser merah.
"Ayo." Jeno melepas jas hitamnya, hanya berbalut kemeja putih polos dengan dasi yang sudah terlepas. "Kemana?" Judes Kylee.
"Katanya mau beli gitar? ayo mumpung ayah istirahat." Hanya dengan satu kalimat itu mampu mengembalikan senyum Kylee yang telah pudar.
Mana yang katanya lebih sayang dengan pekerjaan?
Jeno mana tahan mendengar rengekan Kylee yang banyak bicara. Anak itu sudah terlanjur terbiasa mendapatkan apa yang dia mau dalam sekejap. Lagi, Jeno tidak bisa menyalahkan siapapun karena itu adalah didikannya sendiri.
Sudah lama Kylee belajar musik, ketertarikannya pada musik membuat anak itu ingin menguasai semua alat musik.
Di rumah Kylee punya keyboard, drum dan gitar elektrik. Namun kemarin anak itu melihat temannya membawa sebuah gitar akustik dengan ukiran nama, Kylee ingin juga yang seperti itu. Maka mengadulah ia pada Jeno minta dibelikan.
Boleh dibilang Jeno adalah ayah yang tidak terlalu pintar, lelaki itu hanya menilai semuanya dengan uang. Mungkin karena sibuk bekerja atau bisa jadi karena lelaki itu tidak tahu caranya mencurahkan kasih sayang secara langsung.
Jeleknya sifat itu menurun pada Kylee, anak itu sama dinginnya. Hanya akan mendekat pada sang ayah jika menginginkan sesuatu, tidak pernah minta tolong dibantu mengerjakan tugas, tidak minta ditemani tidur saat malam atau saat mendapat mimpi buruk.
Sudah sepuluh tahun berlalu, dan mereka masih asing satu sama lain.
Jeno tidak bisa menyangkal, rumah yang dia bangun selama ini ternyata memang membutuhkan seseorang. Seseorang yang mampu menghancurkan dinding dingin yang ia bangun.
****
Toko gitar ini tidak terlalu besar tapi tidak kecil pula. Cukup banyak jenis gitar akustik disini. Dari yang berwarna terang hingga gelap. Dari berbagai brand dari yang termurah hingga yang termahal.
"Kylee mau yang ini yah."
Jeno berbalik, sedikit terkejut dengan suara Kylee yang menggelegar di tengah sunyinya toko gitar. Kylee tersenyum senang, menunjukan gitar pilihannya.
Lamunan Jeno tentang masa muda lenyap begitu saja, padahal Jeno baru saja mengingat betapa kerennya dia semasa kuliah. Membentuk band dengan teman-temannya, lalu manggung di malam minggu dan punya banyak penggemar wanita.
"Bagusnya di ukir nama panjang atau Kylee gitu aja yah?" Jeno menggaruk pangkal hidung mancungnya. Menatap gitar pilihan Kylee yang menurutnya terlalu mahal untuk digunakan oleh seorang pemula.
"Mahal banget buset." Spontan lelaki itu setelah melihat tag harganya.
"Hehe, yang paling bagus ini yah, genjrengannya juga enak."
Anak itu jelas tahu ayahnya tidak akan langsung jatuh miskin hanya dengan membeli gitar seharga dua juta lebih. Kylee tahu kantong ayahnya akan menebal setiap hari. Alasan palng masuk akal mengapa mereka tidak akan jatuh miskin karena ayahnya giat bekerja.
"Sok banget, udah di coba emang?" Jeno merebut gitar berwarna coklat muda itu, lantas duduk nyaman pada sofa yang disediakan.
Kemudian digenjrengnya gitar itu, Jeno mengakui senarnya memang berbeda dengan gitar murahan. Senarnya lebih halus dan suara yang dihasilkan lebih jernih. Hanya saja, gitar ini tidak cocok dengan Kylee si anak ceroboh.
Sangat disayangkan jika baru seminggu gitar itu berada di rumah tetapi senarnya sudah putus akibat permainan Kylee yang begitu brutal. Mengingat gitar elektriknya bernasip seperti itu.
"Tuhkan bagus, ambil yang ini ya plis plis."
Sungguh Kylee tidak sabar ingin mencoba memainkan gitar itu, belum jadi miliknya saja anak itu sudah mengambil beberapa potret dan meng-uploadnya di whatsapp story.
"Apa benefitnya buat ayah kalau beliin kamu ini?" Tanya Jeno.
"Apa ya? Nggak ada sih, ayah cuma kehilangan dua juta tiga ratus empat puluh tiga ribu rupiah."
"Udahlah, salah emang berharap sama kamu." Lelaki itu berdecak, memang apa yang harus dia harapkan dari Kylee?

haloo, nice to meet you again pecinta duda keren. story kali ini bertema sama karena aku masukin sebagai papa series, namun story ini berdiri sendiri alias bukan spin off dan sebagainya.
semoga kalian enjoy mengikuti alur ayah satu ini ya. thank you love❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]
FanfictionKarena Kylee cuma mau ante penjual bunga, bukan ante-ante centil pacarnya ayah. ○ Bab tidak lengkap ○ End - E-Book ✔️ 》E-Book avail on trakteer only •writen in bahasa •non baku ©hireaa, 2022 | hi dad!, lee jeno