Sudah hampir satu jam Katrine dan Kylee menunggu hujan mereda tapi pada kenyataannya hujan bertambah semakin deras dan angin bertiup semakin kencang.
Katrine sudah menutup pintu florist rapat, sudah mematikan pendingin ruangan dan menyajikan coklat panas sebagai pereda dingin. Tetapi bukannya hangat, mereka berdua justru semakin kedinginan.
Kilat demi kilat menyilaukan, lalu beberapa saat terdengar bunyi guntur yang menggelegar dengan kuat.
Memang akhir-akhir ini cuaca kembali berubah ekstrim tapi, tidak pernah terlintas di benaknya jika ia dan Kylee akan terjebak disini saat sudah malam dan jalanan semakin sepi. Bahkan teras terbuka memilih untuk tutup sejak sore karena cuaca benar-benar buruk.
Katrine tidak punya penghangat ruangan di toko, sekalipun terkadang ia juga membutuhkannya saat cuaca sedang buruk tetapi Katrine tidak pernah membelinya dan kali ini ia meruntuk. Menyesal karena selalu menyepelekan hal kecil yang ternyata penting.
"Ngantuk ya?" Katrine tersenyum tipis saat melihat Kylee menguap lebar. Memang belum cukup malam baru pukul 8 tetapi mata Kylee sudah terlihat merah dan berair karena terus-terusan menguap.
"Hmmm." Jawabnya sembari mengangguk, kemudian berpindah di sebelah Katrine yang duduk di sofa untuk merebahkan tubuhnya disana.
Tidur beralaskan paha Katrine sebagai bantal dan memeluk perut perempuan itu dari tempatnya.
"Maaf ya, ante nggak ada selimut." Sesal Katrine sembari mengusap kepala anak itu hingga terpejam dengan sendirinya.
Sore sebelum magrib, Kylee datang seorang diri menemuinya. Membawa sebuah paper bag yang berisi dua slice rainbow cake untuk dimakan berdua. Anak itu tidak di antar Jeno, Katrine cukup khawatir karena Kylee selalu pergi dengan taksi online. Memang sudah terbiasa tetap saja anak seumuran Kylee masih harus di awasi.
Katrine tidak tahu seberapa besar anak kekasihnya ini menjalani hari-hari penuh sepi. Namun semenjak mengenal dirinya, Kylee bilang dia tidak lagi kesepian, Kylee bilang dia menyukai bagaimana Katrine menerima hadirnya dengan sayang.
Kylee bilang dia senang mengenal Katrine, dia senang karena Katrine mau menemaninya sekalipun dia terkadang merepotkan. Padahal Katrine sama sekali tak masalah, seperti yang ia katakan sebelumnya tidak semua anak berisik dan tidak semua anak merepotkan. Salah satunya adalah Kylee.
"Ante, aku pengen pulang. Tapi ante temenin aku di rumah ya..." Gumam Kylee pelan tetapi masih bisa Karine dengar.
Usapannya pada kepala anak itu masih belum berhenti, Katrine paham tidur di sofa sangat tidak nyaman. Maka, sekalipun hujan masih sangat deras Katrine terpaksa meminta supirnya untuk berkendara di tengah lebatnya hujan.
"Kepalaku pusing banget." Adu Kylee saat mereka sudah duduk di dalam mobil. Dia sandarkan kepalanya pada Katrine, memejamkan mata menahan pusing yang tiba-tiba menyerang.
"Sini tiduran aja, ante pijitin kepalanya." Katrine menarik kepala Kylee agar tidur di atas pahanya seperti tadi, secara perlahan memijat pelipis anak itu.
"Badan kamu anget, tenggorokannya sakit nggak?" Tanya Katrine yang langsung diangguki.
"Walah, demam ini. Ke klinik dulu ya?" Katrine mengeratkan jaket yang di pakai oleh Kylee, kemudian menyentuh dahi anak itu yang benar saja terasa hangat.
"Enggak mauu pulang aja..." Kylee menggeleng enggan, suaranya bahkan sudah berubah serak.
Dalam perjalanan yang cukup panjang, dirundung diam ditemani rintikan hujan yang semakin deras. Katrine terus mengusap kepala Kylee hingga anak itu tertidur nyenyak dalam pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]
FanfictionKarena Kylee cuma mau ante penjual bunga, bukan ante-ante centil pacarnya ayah. ○ Bab tidak lengkap ○ End - E-Book ✔️ 》E-Book avail on trakteer only •writen in bahasa •non baku ©hireaa, 2022 | hi dad!, lee jeno