23

4.1K 466 13
                                    

Kylee mendengus sebal saat memasuki rumah, hari ini ia tahu jeno pergi bersama Katrine. Tanpa mengajaknya, tanpa menawarinya. Namun demi keberhasilan sang ayah yang berniat menjadikan perempuan itu sebagai mamanya, maka Kylee terima-terima saja.

Anak itu melempar tas sekolahnya ke atas ranjang, lalu ikut merebahkan badan tanpa mengganti baju terlebih dulu. Hari ini cukup melelahkan, menghabiskan waktu di sekolah untuk belajar dan mengikuti les piano sampai sore.

Tapi Kylee tidak pernah mengeluhkan rasa lelahnya sebab memang itu yang ia mau. Jika di beri kesempatan untuk les di hari minggu pun Kylee rasanya akan menyetujuinya. Sayang sekali Jeno akan melarang, padahal lelaki itu juga tidak membuat suasana hatinya membaik saat di rumah.

Dengan ragu-ragu Kylee mengetikkan sebuah pesan untuk sang ayah, ia ingin lelaki itu cepat pulang dan membawakannya sebuah makanan. Perutnya terasa lapar karena makan siang di sekolah tak membuatnya berselera.

Cukup lama sampai pesan itu terbalas, namun bukan jawaban yang Kylee terima. Justru foto sang ayah dan calon mamanya di pinggir pantai. Anak itu mendengus keras tak habis pikir karena Jeno mulai menelantarkannya lagi.

"Gila aja, malah pamer... Awas aja kalau kalian udah nikah nggak akan aku biarin ante nempel-nempel ayah."

Cukup lama Kylee diam dalam posisi telentang sembari menatap langit-langit kamarnya, melamunkan sesuatu yang jujur saja tidak terlalu penting. Anak itu mengehela napas saat terdengar bunyi bel dari bawah, maka mau tak mau ia bangkit untuk melihat siapa kah yang bertamu saat sore.

Tidak mungkin klien Jeno, karena ayahnya tidak pernah memberi tahu pada siapapun alamat rumahnya kecuali pada orang-orang penting atau teman dekatnya. Kylee terhenti begitu pikirannya tertuju pada satu orang yang mungkin saja berkunjung.

Seseorang yang mati-matian ia hindari yang akhir-akhir ini memang tidak pernah lagi berkunjung. Dengan ragu ia kembali melangkah karena tekanan bel semakin membabi buta, seolah si pengunjung tidak sabar ingin membuka pintu andai saja tidak di kunci dari dalam.

"Sebentar." Teriak Kylee lumayan keras agar si tamu berhenti memencet bel rumahnya dan dengan tergesa ia membuka pintu rumahnya. 

Kylee mematung begitu tahu siapa yang berdiri tepat di depannya, bibirnya kelu saat ingin berbicara. Rasa takut menjalar dari ulu hatinya, kontak mata yang tak sengaja terjadi pun langsung ia putus, anak itu menunduk takut.

"Kamu nggak mempersilahkan tamu buat masuk, Kay?" Ucap wanita paruh baya itu dengan menekan semua katanya.

Mendengar itu Kylee mundur, menarik pintu agar terbuka lebih lebar dan membiarkan wanita itu masuk.

"Ayah lagi nggak di rumah." Ujar Kylee begitu melihat Sandra semakin jauh memasuki rumah.

Sandra tertawa hambar mendengar paparan cucunya, baru setelah meletakkan rantang yang ia bawa di atas meja wanita itu berbalik untuk menatap cucu pertamanya yang berjarak lumayan jauh.

"Memangnya keluarga saya cuma ayah kamu? Kamu bukan keluarga saya?" Kylee cukup terkejut dengan jawaban Sandra, bukan itu maksudnya ia hanya ingin memberi tahu jika Jeno memang tidak ada di rumah sebab setiap neneknya datang selalu Jeno yang menjadi tujuan.

Anak itu terdiam dan menunduk semakin dalam membuat Sandra menghela napas panjang, wanita itu tidak menyukai bagaimana keduanya bersikap. Selama ini ia juga sadar bagaimana cara Kylee menjauhinya hanya karena dulu ia pernah memarahi anak itu lalu apakah rasa benci juga tumbuh di hati anak itu untuknya?

Sandra mendekati cucunya hati-hati takut anak itu akan mengindarinya dengan cara kabur dan mengunci pintu kamar seperti biasanya. Sudah lama ia ingin meminta maaf pada cucunya tapi, Kylee seolah enggan memberinya kesempatan untuk itu.

Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang